HOME

Jumat, 29 November 2024

Badai Pasti Berlalu

"Badai Pasti Berlalu" yang bisa  "Badai Pasti Berlalu".

Badai dalam kehidupan adalah simbol dari masalah, kesulitan, dan tantangan yang kita alami. Namun, seperti badai di alam, badai dalam hidup tidak akan bertahan selamanya.



---

Ayat Dasar

1. Mazmur 34:20
"Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu."


2. Yesaya 43:2
"Apabila engkau menyebrang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau."




---

Isi Kotbah

1. Badai adalah Bagian dari Kehidupan

Dalam hidup, badai adalah hal yang tidak dapat dihindari.

Contoh Alkitabiah: Ayub mengalami badai besar dalam hidupnya ketika ia kehilangan harta, keluarga, dan kesehatannya, tetapi ia tetap setia kepada Tuhan.

Pesan: Jangan heran ketika badai datang. Tuhan mengizinkannya untuk menguatkan iman kita.


2. Tuhan Berkuasa atas Badai

Kisah Yesus meredakan badai (Markus 4:35-41):

Ketika murid-murid panik karena badai, Yesus menunjukkan kuasa-Nya dengan menenangkan angin dan gelombang.

Pesan: Dalam badai kehidupan, Yesus selalu hadir bersama kita dan mampu meredakannya sesuai waktu-Nya.



3. Badai Membawa Pelajaran Berharga

Setiap badai mengajarkan kita sesuatu: kesabaran, ketekunan, kepercayaan kepada Tuhan.

Roma 5:3-4: "Kita malah bermegah dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan."

Contoh: Yusuf yang dijual oleh saudara-saudaranya akhirnya menjadi berkat besar bagi banyak orang.


4. Pengharapan dalam Janji Tuhan

Tuhan menjanjikan bahwa badai tidak akan berlangsung selamanya.

Yesaya 41:10: "Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau, jangan bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."

Tetaplah percaya bahwa Tuhan akan memberikan pelangi setelah badai.



---

Penutup

Ajak jemaat untuk terus bersandar kepada Tuhan dalam menghadapi badai hidup.

Berikan dorongan bahwa tidak ada badai yang terlalu besar bagi Tuhan untuk diselesaikan.

Akhiri dengan doa: minta kekuatan dan penghiburan bagi mereka yang sedang dalam badai kehidupan.



---

Semoga kotbah ini dapat menguatkan iman jemaat dan membawa penghiburan. Badai pasti berlalu, tetapi kasih Tuhan tidak pernah berakhir.

Minggu, 30 Oktober 2022

4 Definisi Kasih Dalam Alkitab

“Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya.” (2 Yohanes 1: 6b)

Ada banyak definisi kasih yang disampaikan oleh orang-orang pintar. Salah satunya disampaikan Carl Menninger, katanya bahwa “Cinta menyembuhkan orang, baik mereka yang memberi ataupun yang menerimanya.” Secara logika, pengertian ini mungkin bisa kita terima. Tapi pernah nggak kamu bertanya, kalau menurut pandangan Tuhan sendiri apa sih arti cinta atau kasih itu?

 

Sebagaimana disebutkan dalam Alkitab, ada 4 definisi kasih (cinta) yang perlu kita tahu yaitu:

1. Kasih adalah perintah

Tuhan memerintahkan kita supaya saling mengasihi. “Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya.” (2 Yohanes 1: 6a)

Kita mungkin nggak akan selalu bisa mengontrol emosi kita, dan Tuhan pun tak mungkin selalu memerintahkan kita untuk melakukan segala sesuatunya. Bayangkan gimana kalau Tuhan harus memerintahkan seorang anak kecil yang nangis supaya tiba-tiba senang. Katanya, “Aku perintahkan kau senang.” Sekalipun Tuhan punya kuasa melakukan hal itu, Dia memilih supaya kita sendirilah yang berinisiatif untuk melakukannya. Begitu juga dengan mengasihi. Tuhan mau kita mengasihi orang lain lebih dulu, tanpa harus diperintah.

2. Kasih adalah pilihan

Di 1 Korintus 14: 1 dikatakan, “Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.”

Kalau kamu bertindak ‘mengejar’ sesuatu. Itu artinya kamu membuat pilihan. Begitulah halnya dengan ‘kasih’. Mengasihi adalah pilihan. Kita diberi pilihan untuk mengasihi atau tidak. Kitalah yang memilih mencintai orang lain sama seperti Tuhan yang memilih untuk mengasihi kita.

3. Kasih itu adalah tindakan

Kasih atau cinta harus dibuktikan oleh tindakan/perbuatan. Alkitab berkata, “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” (1 Yohanes 3: 18).

Setiap hari Tuhan menyediakan kesempatan supaya kita bisa menunjukkan kasih ke semua orang di sekitar kita. Hanya saja kitalah yang suka abai dan terlalu sibuk sama diri kita sendiri. Apakah kamu pernah berpikir seenggaknya lebih dulu menanyakan kabar ke orang lain? Pernahkah kamu tergerak pengen menyapa seseorang lebih dulu? Atau pengen membantu orang lain saat mereka tampak kesulitan? Ada banyak dari kita yang melewatkan kesempatan itu karena kita terlalu egois.

4. Kasih adalah komitmen

Alkitab mengatakan dalam 1 Yohanes 4: 16b bahwa, “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.”

 

Hubungan kita dengan Tuhan sangat dipengaruhi oleh hubungan kita dengan orang lain. Kalau kita berkomitmen untuk mengasihi dan tetap mengasihi orang lain, maka kasih yang kita punya itu menyatu dengan kasihnya Tuhan. Saat itulah Tuhan akan tetap tinggal bersama dengan kita, karena Tuhan itu adalah kasih itu sendiri.

Apakah kasih kita sudah sesuai dengan pengertian kasih yang dari Tuhan? Yuk, belajar menerapkan keempat kasih ini dalam hubungan kita dengan orang-orang di sekitar.

Sumber : Crosswalk.com/Jawaban.com

Selasa, 03 September 2019

Naskah Kuno Perjanjian Baru

Naskah Perjanjian Baru


Orang sering bilang bahwa Injil sudah dipalsukan, sudah tidak asli lagi, tapi orang tersebut tidak bisa menunjukkan Aslinya, hanya bisanya "Ngomong Doang". Pembuktian suatu BB (Barang Bukti) apakah BB tersebut palsu atau otentik maka persyaratannya adalah mutlak harus ada bahan pembanding, tidak bisa tanpa bahan pembanding, lalu ujuk-ujuk dibilang PALSU!


Mungkinkah ada orang yang munafik dengan cara menunjukkan kepunyaan orang lain tidak asli guna menutupi ketidakasliannya sendiri alias Kamuflase, ini perlu dianalisis lebih jauh!

Kritikus Alkitab mempertanyakan keotentikan/keabsahan Perjanjian Baru. Ada yang bilang cerita Perjanjian Baru adalah rekayasa pribadi yang tidak historis. Ada yang bilang Injil hanya mitos atau legenda. Atau ada juga yang bilang Yesus memang ada, tetapi tidak pernah disalib maupun bangkit.

Apakah Perjanjian Baru itu otentik, berasal dari sumber yang sah...?

Mungkinkah ada distorsi sejarah yang mengubah peristiwa asli...?

Ada 3 hal yang menentukan otoritas keotentikan naskah Perjanjian Baru :

Penyelidikan manuskrip-manuskrip(naskah-naskah salinan kuno) Perjanjian Baru.


Perbandingan manuskrip-manuskrip Perjanjian Baru dengan manuskrip-manuskrip kuno yang lain.


Penanggalan naskah asli Perjanjian Baru.


Penyelidikan manuskrip-manuskrip yang berhubungan dengan Perjanjian Baru

Ada banyak manuskrip yang berlimpah dan akurat untuk Perjanjian Baru dibandingkan dengan naskah-naskah kuno lainnya. Ada banyak manuskrip yang disalin dengan keakuratan lebih tinggi dan penanggalan yang lebih awal daripada manuskrip naskah-naskah kuno lainnya. Berikut kita bicarakan beberapa manuskrip penting.

The John Rylands Fragment. Papirus ini berisi 5 ayat Yohanes 18:31-33, 37-38. Penulisan ini ditulis antara tahun 117 - 138 M, sekarang disimpan di John Rylands Library di Manchester, England.

The Bodmer Papyri. Papirus-papirus ini ditulis sekitar tahun 200 M, berisi Yohanes, Lukas, Yudas, 1 Petrus, dan 2 Petrus.

Codex Vaticanus. Ditulis antara 325 - 350 M. Manuskrip yang ditulis pada kulit binatang ini berisi seluruh Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Sekarang disimpan di Vatican Library.

Codex Sinaiticus. Ditulis tahun 340 M berisi seluruh Perjanjian Baru dan sebagian Perjanjian Lama. Sekarang disimpan di University Library di Leipzig, Jerman.

Codex Alexandrius. Ditulis tahun 450 M berisi seluruh Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Sekarang disimpan di National Library dalam British Museum.

Codex Bezae. Ditulis tahun 450 / 550 M berisi keempat Injil, Kisah Para Rasul dan beberapa bagian dari 3 Yohanes.


Dan masih banyak lagi manuskrip-manuskrip berbahasa Yunani salinan Perjanjian Baru yang bertanggal awal.

Total manuskrip berbahasa Yunani Perjanjian Baru ada sekitar 5000.

Tidak ada naskah kuno lainnya yang mempunyai manuskrip sebanyak Perjanjian Baru.

Dukungan kuat lainnya terhadap bukti dan ketepatan tekstual diberikan oleh versi-versi kuno.

Sebagian besar, sastra kuno jarang diterjemahkan ke dalam bahasa lain.

Kekristenan dari sejak awal adalah iman missioner. Versi-versi tertua Perjanjian Baru dipersiapkan oleh utusan Injil dengan tujuan membantu penyebaran iman Kristen di tengah-tengah bangsa yang berbahasa ibu Syria, Latin, atau Koptik.

Perjanjian Baru dalam versi bahasa Syria dan Latin (terjemahan) dibuat pada sekitar tahun 150 M. Hal ini membawa kita sangat mendekati naskah-naskah aslinya.


Ada lebih dari 15,000 lembar dalam pelbagai versi yang tersedia saat ini

 

Versi-versi Syriak

Versi Syriak Kuno berisi empat Injil, disalin pada sekitar abad keempat.  Perlu dijelaskan bahwa Syriak adalah nama yang diberikan secara umum kepada orang-orang Aram Kristen. Versi ini ditulis dalam variasi istimewa abjad Aram.

Theodore dari Mopsuestia (abad kelima) menulis, “Telah diterjemahkan ke dalam bahasa ibu orang Syria.”

Syriac Peshitta. Arti dasarnya adalah “sederhana.” 

Itu adalah versi baku, dihasilkan sekitar tahun 150-250 M.

Ada lebih dari 350 naskah tahun 400-an yang masih bertahan sampai saat ini.

Palestinian Syriac.  

Kebanyakan cendekiawan menetapkan tahun penulisannya pada sekitar 400-450 M. (abad kelima).

Philoxenian (508 M), Polikarpus menerjemahkan Syriak untuk Perjanjian Baru Philoxenas, bishop dari Mabug.

Harkleian Syriak (616 M) oleh Thomas dari Harkel.

Versi-versi Latin

Old Latin (Latin Kuno). Ada kesaksian-kesaksian dari abad keempat sampai dengan abad ketigabelas bahwa pada abad ketiga “sebuah versi Latin kuno beredar di Afrika Utara dan Eropa. . . .”

African Old Latin (Codex Babbiensis) 400 M. 

Metzger mengatakan bahwa “E. A. Lowe menunjukkan tanda-tanda paleografis yang menandakan bahwa kodeks itu telah disalin dari papirus abad kedua.”

Codex Corbiensis (400-500 M.) berisi keempat Injil.

Codex Vercellensis (360 M).

Codex Palatinus (abad kelima M).

Latin Vulgate (yang berarti “umum  atau  populer”).

Jerome adalah sekretaris Damasus, Bisop Roma. Jerome memenuhi permohonan sang bisop untuk menghasilkan suatu versi antara tahun 366-384.

Versi-versi Koptik (atau Mesir)

F. F. Bruce menulis bahwa ada kemungkinan versi Mesir pertama diterjemahkan pada abad ketiga atau keempat.

Sahidik. Awal abad ketiga.

Bohairik. Redakturnya, Rodalphe Kasser, memberikan tahun penulisannya sekitar abad keempat.

Middle Egyptian (Mesir Tengah). Abad keempat atau kelima.

Versi-versi awal lainnya.

Armenian (400+ M.). Nampaknya telah diterjemahkan dari Alkitab berbahasa Yunani yang diperoleh dari Konstantinopel.

Gothic. Abad keempat.

Georgian. Abad kelima.

Ethiopik. Abad keenam.

Nubian. Abad keenam.

Perbandingan naskah Perjanjian Baru dengan naskah kuno lainnya

Dari sisi dokumentasi, Perjanjian Baru memiliki bukti yang sangat berlimpah dibanding naskah-naskah kuno lainnya. Tabel berikut menunjukkan jumlah yang berlimpah, penanggalan yang lebih awal, dan keakuratan lebih tinggi yang dimiliki Perjanjian Baru dibandingkan buku-buku kuno lainnya.


Naskah : Caesar 
Waktu Penulisan: Abad 1 SM 
Manuskrip paling awal : 900 M 
Jumlah Salinan : 10 
Tingkat keakuratan salinan : -- 

Naskah : Livy 
Waktu Penulisan: Abad 1 SM 
Manuskrip paling awal : -- 
Jumlah Salinan : 20 
Tingkat keakuratan salinan : -- 

Naskah : Tacitus 
Waktu Penulisan: 100M 
Manuskrip paling awal : 1100M 
Jumlah Salinan : 20 
Tingkat keakuratan salinan : -- 

Naskah : Thucydides
Waktu Penulisan: Abad 5SM 
Manuskrip paling awal : 900 M 
Jumlah Salinan : 8 
Tingkat keakuratan salinan : -- 

Naskah :Herodutus 
Waktu Penulisan: Abad 5SM 
Manuskrip paling awal : 900 M 
Jumlah Salinan : 8 
Tingkat keakuratan salinan : -- 

Naskah : Demosthenes 
Waktu Penulisan: Abad 4SM 
Manuskrip paling awal : 1100 M 
Jumlah Salinan : 200 
Tingkat keakuratan salinan : -- 

Naskah : Mahabharata 
Waktu Penulisan: -- 
Manuskrip paling awal : -- 
Jumlah Salinan : -- 
Tingkat keakuratan salinan : 90% 

Naskah : Homer 
Waktu Penulisan: Abad 9SM 
Manuskrip paling awal : -- 
Jumlah Salinan : 643 
Tingkat keakuratan salinan : 95% 

Naskah : Perjanjian Baru 
Waktu Penulisan: 30-100M 
Manuskrip paling awal : 130M 
Jumlah Salinan : 5,000 
Tingkat keakuratan salinan : 99+ %


Beberapa pengamatan berhubungan perbandingan naskah di atas:

Tidak ada naskah kuno yang mempunyai manuskrip/salinan lebih dekat dengan naskah asli dan jumlah lebih banyak dibanding dengan Perjanjian Baru.


Jarak antara penulisan pertama dengan penyalinan paling awal untuk Perjanjian Baru adalah sekitar 30 tahun untuk yang bersifat potongan dan kurang dari 250 tahun untuk keseluruhan naskah. Bandingkan dengan naskah kuno lain yang jarak antara penulisan pertama dengan penyalinan paling awal mencapai lebih dari 1000 tahun.


Tingkat keakuratan salinan Perjanjian Baru lebih tinggi dibanding naskah kuno lainnya yang dapat dibandingkan. Kebanyakan naskah tidak mempunyai jumlah manuskrip yang cukup supaya perbandingan dapat dilaksanakan. Penyalinan yang berjarak 1000 tahun dengan naskah aslinya membuat para sarjana tidak mempunyai cukup keyakinan untuk merekonstruksi naskah aslinya.


Bruce Metzger membuat perbandingan yang menarik antara Perjanjian Baru dengan Homer dan Mahabharata. 

Perjanjian Baru mempunyai 20.000 baris. Dari 20.000 baris ini hanya ada 40 baris (400 kata) yang masih dipertanyakan. Ini berarti keakuratannya : (20.000 - 40) / 20.000 = 99,8 %. 

Homer mempunyai 15.600 baris dengan 764 baris yang dipertanyakan. Ini berarti keakuratannya : (15.600 - 764 )/15.600 = 95 %. 

Mahabharata mempunyai 26.000 baris yang 10% nya masih dipertanyakan, yang berarti keakuratannya 90%.

Dengan demikian dari sisi dokumentasi, Perjanjian Baru mempunyai dokumentasi yang jauh lebih baik dibanding dibanding naskah-naskah kuno lainnya. Perjanjian Baru mempunyai lebih banyak manuskrip, mempunyai jarak waktu terpendek antara salinan dengan naskah asli, dan mempunyai tingkat keakuratan yang lebih tinggi.

Penanggalan naskah asli Perjanjian Baru

Kematian Kristus terjadi antara tahun 29 - 33 M. Argumentasi kehandalan catatan Perjanjian Baru berhubungan dengan penanggalan naskah asli Injil.

Tulisan-tulisan Paulus

Rasul Paulus mati martir saat Nero berkuasa pada tahun 67. Tulisan-tulisan yang paling awal ditulis sebelum dipenjara di Roma antara tahun 60 - 62 (Kisah Para Rasul 28). Dalam surat-suratnya ditemukan hal-hal yang penting mengenai kehidupan, pengajaran, kematian dan kebangkitan Yesus yang ditulis oleh saksi-saksi mata yang hidup pada saat itu.

Paulus mengajarkan bahwa Yesus dilahirkan dari seorang perawan (Galatia 4:4), Dia adalah sudah ada sejak semula dan pencipta alam semesta (Kolose 1:15-16), berada dalam rupa manusia dan rupa Allah (Filipi 2:5-8 ). Yesus adalah keturunan Abraham dan Daud ( Roma 9:5; 1:3) yang hidup di bawah hukum Yahudi (Galatia 4:4), yang dikianati pada malam Dia menetapkan perjamuan roti dan anggur (1 Korintus 11:23-26), disalibkan di bawah pemerintahan Roma (1 Korintus 1:23; Filipi 2:8) meskipun ini tanggung jawab pemuka Yahudi (1 Tesalonika 2:15). Yesus yang sama dengan Yesus yang ada di Injil ini dijelaskan telah dikuburkan selama 3 hari, telah bangkit dari kematian, telah dilihat lebih dari 500 saksi mata, yang sebagian besar masih hidup pada saat Paulus menulis surat ini (1 Korintus 15:4-6)

Paulus mengenal murid-murid Yesus secara personal (Galatia 1:17). Petrus, Yakobus, dan Yohanes disebut sebagai 'tiang' dari komunitas Yerusalem (Galatia 2:9). Paulus mengenal saudara laki-laki Yesus dan tahu bahwa Petrus beristri ( 1 Korintus 9:5). Paulus mengutip perkataan Yesus (1 Korintus 7:10-11; 9:14; 11:23-26). Di tempat lain Paulus menyimpulkan khotbah di bukit (Roma 12:14-21) dan mengajak mengikuti teladan Yesus Kristus (Roma 13:14). 

Secara singkat disimpulkan, "Garis besar berita Injil yang bisa kita telusuri dalam tulisan Paulus sama dengan garis besar yang bisa kita temukan di tempat lain di Perjanjian Baru dan dalam keempat Injil".

Beberapa penyelidikan mempertanyakan keotentikan Paulus terhadap naskah Perjanjian Baru. Mengenai hal tersebut, ini bisa dijawab: 1. Meskipun Paulus bukan saksi mata kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus, tetapi Paulus hidup pada zaman Yesus hidup. 2. Paulus menulis dalam 30 tahun setelah peristiwa-peristiwa kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus terjadi. Waktu 30 tahun ini terlalu singkat untuk terjadinya distorsi informasi. Di samping itu Paulus menantang pembacanya untuk mengecek kebenaran apa yang ia tulis dengan saksi mata yang sebagian besar masih hidup (1 Korintus 15:4-6). Tidak ada bukti sejarah yang menentang pernyataan Paulus, sebaliknya tulisan Paulus khususnya surat Roma, Korintus dan Galatia makin menegaskan keakuratan dan keotentikannya.

Injil Yohanes

Injil Yohanes disebut ditulis oleh "murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus..." (Yohanes 21:20). Dengan proses penyisihan, murid ini pastilah Yohanes. Murid lain seperti Petrus, Filipus, Tomas dan Andreas disebut sebagai orang ketiga (Yohanes 1:41; 6:8; 14:5,8). Lebih daripada itu, penulis adalah adalah salah satu dari 'inner circle' Yesus yang terdiri dari Yakobus, Petrus dan Yohanes seperti dibuktikan "bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya" (Yohanes 13:23-25), dia adalah saksi mata dan mempunyai informasi 'dalam' (Yohanes 18:15), dan pada kematian-Nya Yesus mempercayakan ibu-Nya dalam pemeliharaan Yohanes (Yohanes 19:26,27). Yakobus mati awal (tahun 44M), sedangkan Petrus disebut sebagai orang ketiga (Yohanes 21:21). Dengan demikian dengan metode penyisihan, penulis dari Injil keempat ini pastilah Rasul Yohanes.

Ada banyak bukti esksternal dan internal yang menunjukkan bahwa Injil ini ditulis oleh rasul Yohanes, murid Yesus. Iranius, Tertulianus, dan Clement dari Aleksandria setuju penulisnya adalah rasul Yohanes. Pentingnya pernyataan Iranius karena murid Yohanes yaitu Polycarp adalah guru Iranius.

Bukti internal kepenulisan rasul Yohanes untuk Injil keempat ini adalah :

Identifikasi melalui metode penyisihan seperti yang telah dijelaskan.


Injil ditulis oleh saksi mata pertama (Yohanes 20:2; 21:4)


Penulis adalah seorang Yahudi yang mengenal detil kebiasaan Yahudi dalam pembasuhan (Yohanes 2:6) dan penguburan (Yohanes 19:40), perayaan-perayaan orang Yahudi, bahkan kelakuan mereka (Yohanes 7:49)


Penulis adalah seorang Yahudi di Palestina yang mengenal baik geografi dan topografi daerah itu (Yohanes 2:12;5:2;19:17).


Semua bukti ini menunjuk kepada satu arah yaitu Yohanes, murid Yesus Kristus.

Sarjana-sarjana sekarang menerima tradisi yang kuat mengenai kepenulisan Yohanes, yang bertanggal tahun 30 - 66 M. Dengan demikian kita memiliki kekayaan sejarah, dari tangan pertama, keterangan saksi mata mengenai kehidupan, pengajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus.

Injil Sinoptik (Matius, Markus dan Lukas)

Kunci penanggalan dari Injil-injil sinoptik adalah Injil Lukas. Kunci penanggalan Lukas adalah buku berikutnya setelah Injil Lukas yaitu Kisah Para Rasul:

Kisah Para Rasul ditulis oleh rekan kerja Paulus yang ditunjukkan dalam pemakaian "kami" ditulis dalam orang pertama (Kisah Para Rasul 16:10-17; 20:5-21; 27:1-28:30).


Dengan proses penyisihan, satu-satunya rekan dekat Paulus yang tidak dituliskan dalam bentuk orang ketiga adalah Lukas, seorang tabib. Timotius, Silas, Markus, dan Barnabas semua namanya disebut ( Kisah Para Rasul 15:39; 16:1,25). Tingkat pemakaian bahasa Yunani yang dipakai, pemakaian istilah-istilah medis, dan pengetahuan yang melimpah semua cocok mengarah kepada karakter Lukas.


Narasi dari Kisah Para Rasul berakhir dengan penahanan Paulus di Roma yang terjadi dari tahun 60 - 62 M. Karena di sini dijelaskan Paulus masih hidup ketika Lukas menulis, dan karena di sini Lukas menutup narasinya, kita mengasumsikan bahwa tahun 60 - 62 M adalah penyusunan Kisah Para Rasul. Andaikata Lukas menulis sesudah tahun 67 M, maka ia akan menuliskan juga kematian Paulus yang mati martir tahun 67 M.


Injil Lukas adalah bagian pertama dari buku sejarah Lukas - Kisah Para Rasul. Kitab Para Rasul menunjuk kepada 'buku pertama' yang ditulis untuk orang yang sama yaitu Teofilus (Kisah Para Rasul 1:1; Lukas 1:3). Jika Lukas selesai menulis Kisah Para Rasul sekitar tahun 62 M, maka Lukas menulis Injilnya sekitar tahun 60 M. Penyelidikan para sarjana menyimpulkan bahwa Matius ditulis dalam periode yang sama sekitar tahun 60 M, sedangkan Markus ditulis lebih dahulu antara tahun 50 - 60 M. Matius, penulis Injil Matius adalah murid Yesus (Matius 9:9-13). Markus, penulis Injil Markus adalah sekretaris Petrus.


Kita mempunyai 5 sumber otentik yang berbeda mengenai kehidupan, pengajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus:

Paulus, yang hidup saat saksi mata tentang kehidupan Yesus masih hidup, menulis 10 surat yang ditulis tahun 50 - 60 M berisi pengajaran penting mengenai kehidupan, pengajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus.


Lukas, rekan kerja Paulus, memakai sumber yang akurat dan keterangan saksi mata, menulis kehidupan yang lengkap Yesus Kristus dan sejarah gereja mula-mula hingga tahun 60 - 62 M.


Injil Markus yang ditulis sebelum Injil Lukas dan Injil Matius, ditulis antara tahun 50 - 60 M. Markus adalah sekretaris Petrus, murid Yesus, saksi mata kehidupan, pengajaran, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.


Yohanes, saksi mata pertama, termasuk murid terdekat Yesus menulis antara tahun 30 - 66 M.


Matius, murid Yesus Kristus, saksi mata pertama, menulis Injil Matius sekitar tahun 60 M.


Dari sisi sejarah kita mendapati bahwa Perjanjian Baru

Mempunyai keakuratan penyalinan yang sangat tinggi


Ditulis oleh sumber yang dapat dipercaya, ditulis dari sumber yang otentik/asli


Ditulis dalam kurun waktu di mana saksi mata masih hidup, yang andai kata ada kesalahan maka akan banyak menentang. Namun ternyata semua bukti menunjuk kepada keakuratan naskah Perjanjian Baru.


Dengan demikian maka dari segi keotentikan/keasliannya, maka kita menyimpulkan bahwa kehandalan dan keakuratan naskah Perjanjian Baru dapat dipercaya.

Penyebaran Perjanjian Baru

Mengumpulkan buku-buku Perjanjian Baru adalah suatu proses yang lambat karena tidak banyak jejak-jejak yang tertinggal. Kitab-kitab Injil dan surat-surat itu ditulis pada waktu dan tempat yang berbeda-beda, serta memiliki tempat tujuan yang berbeda-beda ke segala penjuru. Naskah aslinya mungkin ditulis di atas papirus, semacam kertas tipis dan rapuh yang terbuat dari jerami tanaman papirus, yang tumbuh di rawa-rawa Mesir dan Timur Tengah. Mereka ditulis oleh tangan dengan tinta dan pena, dan biasanya dikirimkan oleh para utusan kepada orang atau gereja kepada siapa surat itu ditujukan.

Adalah mustahil untuk menentukan kapan kumpulan tulisan Perjanjian Baru pertama kali diciptakan. Salinan Kitab-kitab Injil dan surat-surat pasti sudah dibuat dan disebarluaskan sejak masa yang paling awal. Ada jejak-jejak ajaran Yesus di dalam karangan-karangan Paulus meskipun mungkin ia bukan berasal dari catatan tertulis melainkan berita lisan. "Semua suratnya [Paulus]" disinggung dalam 2 Petrus sebelum akhir abad yang pertama, dan pasti ia telah diterbitkan sebagai suatu kumpulan, karena mereka tidak pernah diketemukan secara sendiri-sendiri dalam bentuk naskah tulisan tangan. Pada pertengahan abad kedua Injil Lukas telah dipisahkan dari Kisah Para Rasul dan telah digabungkan dengan Matius, Markus, dan Yohanes untuk membentuk empat serangkai catatan tentang kehidupan Kristus. Yustinus Martir (± tahun 140) menyinggung tentang "kenangan para rasul", dan Ireneus (± tahun 180) menyebutkan nama keempatnya. Tatianus (± tahun 170) menggabungkan keempatnya menjadi harmoni yang pertama, Diatesaron yang mempunyai banyak peminat di gereja-gereja timur dan biasa digunakan dalam pembacaan umum hingga awal abad kelima.

Kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya, yang biasa disebut Surat-surat Umum dan Wahyu, pada mulanya belum membentuk suatu kelompok, karena mereka tidak pernah muncul dalam urutan yang seragam dalam tulisan para penulis gereja yang paling awal. Lambat-laun mereka mulai terhimpun dalam suatu kumpulan yang lebih besar bersama karangan-karangan lainnya, hingga himpunan Perjanjian Baru seperti yang ada pada sekarang ini muncul pada awal abad yang ketiga.

Pada mulanya kitab-kitab Perjanjian Baru diperbanyak baik oleh individu-individu pribadi bagi kepentingan mereka sendiri atau oleh para ahli kitab profesional bagi gereja atau biara. Biasanya salinan-salinan itu dibuat satu demi satu, tetapi ketika permintaan makin meningkat, rupanya beberapa orang budak menyalinnya bersama-sama dari naskah yang dibacakan bagi mereka. Dalam proses penyalinan itu dapat terjadi kesalahan-kesalahan yang akan diulangi oleh para penyalin berikutnya, sehingga banyak penyimpangan yang terjadi. Makin sering salinan-salinan itu disalin ulang, penyimpangan-penyimpangan itu cenderung makin meningkat, tetapi kegiatan perbanyakan ini memperbesar kesempatan bagi naskah aslinya untuk dilestarikan, setidak-tidaknya dalam beberapa di antaranya.

Sejak awal abad kedua hingga akhir abad ketiga gereja menderita penindasan terus-menerus dari pemerintah Romawi. Orang-orang Kristen ditahan, diadili di muka pengadilan setempat, dan dijatuhi hukuman mati. Sering kali Alkitab mereka disita, sehingga banyak naskah yang musnah dan banyak lagi yang rusak membuat kelestariannya sulit untuk dipertahankan. Suatu naskah Injil dari abad yang kelima, Codex Washingtoniensis (W), menunjukkan jejak-jejak bahwa ia telah disalin dari beberapa sumber yang berbeda yang mungkin merupakan potongan-potongan yang tersisa dari penghancuran yang mengikuti penindasan oleh Diocletianus (302-311). Selama masa ini, pasti produksi naskah tulisan tangan tidak teratur, dan mungkin banyak salinan yang dibuat oleh orang-orang yang kurang ahli atau kurang terlatih dalam menulis. Penyimpangan terbesar dalam naskah kitab-kitab Perjanjian Baru terjadi sejak sebelum zaman Konstantinus, dan dapat mencerminkan ketegangan serta kebingungan yang dialami oleh masyarakat Kristen.

Dengan berakhirnya penindasan setelah kemenangan Konstantinus dan pengakuan resmi agama Kristen sebagai agama negara dalam tahun 313, umat Kristen mulai menyusun naskah Alkitab bagi keperluan umum. Konstantinus sendiri yang memerintahkan agar kelima puluh salinan Alkitab itu dibuat dan disebarluaskan ke gereja-gereja besar di kota-kota di seluruh negara. Tidak salah lagi "edisi resmi" inilah yang menjadi contoh dasar dari banyak naskah tulisan tangan yang lebih kecil, sedang naskah-naskah lainnya yang mungkin lebih tua usianya dibuat di biara-biara dan di antara kelompok-kelompok masyarakat yang lebih kecil. Dari abad yang keempat hingga kedua belas naskah Perjanjian Baru ada yang diterbitkan dalam kelompok-kelompok seperti kelompok Injil atau surat-surat Paulus, atau kadang-kadang dalam bentuk lengkap yang disebut pandects.

Dalam proses ini digunakan bahan-bahan yang baru untuk menulis. Papirus terlalu rapuh untuk digunakan dalam pelayanan umum atau dalam perpustakaan biara. Biasanya para ahli kitab menggunakan vellum, lembaran-lembaran tipis dari kulit anak lembu, atau parchment, yang terbuat dari kulit domba. Sejak zaman Konstantinus hingga menjelang zaman cetak bahan-bahan inilah yang digunakan; kertas belum dikenal hingga waktu yang lebih belakangan.

Dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, naskah-naskah Alkitab yang dihasilkan oleh para ahli kitab itu dapat dikatakan luar biasa tepatnya. Sering kali naskah tulisan tangan yang tersedia untuk disalin kurang sempurna. Kecerobohan dan praduga adakalanya mempengaruhi pertimbangan ahli kitab itu dalam mengubah atau "membetulkan" naskah asli. Sebaliknya, beberapa ahli kitab yang namanya diketahui dari tanda tangan mereka menulis dengan ketepatan luar biasa, dan dari ketelitian serta kecermatannya terlihat bahwa mereka telah berusaha untuk mengikuti contoh dasar dengan setia. Meskipun tidak ada di antaranya yang benar-benar sempurna, tidak banyak yang sengaja mengubah atau memalsukan naskah-naskah itu.

Betapapun banyaknya kemungkinan untuk salah, mungkin Perjanjian Baru adalah yang paling dapat dipercaya dari antara karya sastra purba yang berhasil diselamatkan. Ialah yang paling banyak mempunyai sumber untuk penyusunan kembali daripada dokumen-dokumen lainnya dari zaman klasik. Sepotong kecil papyrus, Fragmen Rylands Injil Yohanes, mungkin ditulis sekitar lima puluh tahun dari masa hidup penulis itu, sedang papyrus Chester Beatty, yang aslinya berisi sebagian besar Perjanjian Baru, dibuat sekitar tahun 250. Sebagai bandingannya, percakapan Plato, karangan-karangan dramawan Yunani dan puisi-puisi Virgil telah diturunkan melalui beberapa salinan yang jumlahnya sangat sedikit, dan mungkin terpisah dari naskah aslinya sekitar 1.400 tahun. Bukannya tidak mungkin bahwa suatu papyrus dari abad yang pertama yang berisi beberapa Injil atau surat-surat dapat diketemukan yang dapat membaca kembali naskah tertulis ini kepada generasi kedua dari gereja Kristen.

Untuk menyusun kembali naskah Perjanjian Baru, kini tersedia lima jenis sumber yang berbeda. Yang pertama dan yang terpenting dari antaranya meliputi naskah tulisan tangan yang berupa edisi-edisi berbahasa Yunani yang berhasil diselamatkan dari masa yang sangat awal. Fragmen Rylands yang disebutkan di atas, yaitu sepotong papyrus, berukuran satu setengah inci persegi, papyrus Chester Beatty, yang berisi sebagian Injil, Kisah Para Rasul, surat-surat Paulus, dan Wahyu, dan Papirus Bodmer dari Injil Yohanes berasal dari abad ketiga atau lebih awal lagi. Naskah besar yang tertua adalah Aleph, atau Codex Sinaiticus, yang sekarang berada di Musium Britis, dan B, atau Codex Vaticanus, milik Perpustakaan Vatikan di Roma. Keduanya ditulis pada abad keempat dan mungkin merupakan salah satu di antara salinan-salinan yang dipesan Konstantinus bagi gereja-gereja. Aslinya mereka mengandung seluruh Perjanjian Baru, meskipun keduanya sudah kehilangan beberapa halaman.

Naskah-naskah tulisan tangan di atas tergolong ke dalam kelas yang disebut uncial yang dinamakan demikian karena ditulis dalam huruf-huruf cetak besar setinggi sekitar satu inci. Rupanya naskah-naskah tersebut dibuat untuk pembacaan umum, dan disalin dengan sangat hati-hati. Oleh karenanya naskah uncial biasanya dianggap yang paling dapat dipercaya.

Jenis Alkitab yang kedua, disebut cursive, ditulis dalam tulisan sambung. Huruf-hurufnya tidak dicetak secara terpisah seperti dalam naskah-naskah uncial, tetapi dihubungkan dengan garis-garis penghubung. Banyak di antara naskah-naskah cursive ini yang digunakan bagi kepentingan pribadi; yang lainnya dibuat untuk pembacaan umum. Pada umumnya mereka berasal dari waktu yang lebih belakangan dari naskah-naskah uncial, bermula dari abad kesepuluh dan menghilang dalam abad kelima belas, setelah ilmu cetak mulai diperkenalkan di Eropa. Dalam beberapa contoh nampaknya mereka telah menyalin dari suatu naskah yang serupa dengan naskah-naskah uncial; sebagian besar dari padanya mewakili naskah gereja Bizantium yang terkenal itu.

Sumber informasi lainnya diperoleh dari pelbagai versi atau terjemahan yang dibuat selama ekspansi misi gereja. Ketika Injil diberitakan ke arah barat ke wilayah Negara Romawi yang berbahasa Latin, dan ke arah timur ke pemukiman-pemukiman Aram di Timur Tengah, Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Siria. Kedua versi ini mungkin telah diterbitkan sejak pertengahan terakhir abad kedua, dan dengan sendirinya mengambil dasar dari naskah-naskah Yunani yang lebih tua daripada yang ada sekarang ini. Meskipun suatu terjemahan tidak selalu dapat mengartikan kata-kata yang digunakan dalam naskah asli dengan tepat, versi-versi ini memberikan pengetahuan yang cukup memadai tentang susunan dan isi umum dari naskah yang mereka turun.

Banyak naskah Latin Kuno yang berasal dari abad keempat hingga abad ketujuh, dan beberapa di antaranya bahkan berusia lebih muda. Tidak banyak keseragaman di antara mereka; jumlah versi yang ada hampir sebanyak jumlah salinan yang ada. Mungkin mereka dibuat secara terpisah satu dengan yang lainnya, atau terjemahan yang pertama digubah dengan bebas dan disalin dengan sembarangan hingga jumlah naskah yang berbeda makin bertambah dengan cepat. Kemungkinan yang pertama nampaknya lebih masuk di akal, karena pemimpin-pemimpin gereja barat yang pertama dapat berbicara bahasa Latin maupun Yunani, dan banyak menggunakan Alkitab Yunani dalam kegiatan belajar dan mengajarnya. Beberapa di antara naskah-naskah yang tertua, seperti Codex D (Bezae) dari abad kelima, menggunakan dua bahasa, dan menunjukkan bahwa orang yang menggunakannya lebih memahami bahasa Latin daripada Yunani.

Perbanyakan terjemahan Latin ini menjadi begitu membingungkan hingga Paus Damasus dalam tahun 384 memerintahkan Hieronimus untuk menerbitkan suatu standar terjemahan Latin yang baru. Berdasarkan naskah tulisan tangan Yunani tertua yang dapat diperolehnya ia meluruskan terjemahan Latin itu, dan menghasilkan versi Vulgata (umum), yang masih menjadi Alkitab standar gereja Roma hingga saat ini.

Versi Siria Kuno terutama diwakili oleh dua naskah tulisan tangan Injil: yaitu naskah Curetonian Siria, yang diketemukan oleh William Cureton di Musium British di antara sejumlah naskah tulisan tangan tua yang diambil dari sebuah biara di gurun Nitria di Mesir, dan naskah Sinaitic Siria yang diketemukan pada tahun 1892 oleh dua bersaudara, Nyonya Agnes Lewis dan Nyonya Margaret Gibson, di biara St. Catherine di Gunung Sinai. Yang terakhir adalah sebuah palimpsest, yaitu sebuah naskah tulisan tangan yang sudah dihapus sebagian dan ditulisi kembali. Keduanya berasal dari abad kelima, dan banyak di antara bacaannya yang sangat menyerupai Alkitab Latin Kuno.

Di samping itu semua yang perlu mendapat perhatian adalah Diatesaron dari Tatianus, suatu harmoni yang pertama kali dibuat bagi keempat Injil yang berasal dari akhir abad kedua. Suatu potongan yang diketemukan baru-baru ini menunjukkan bahwa ia ada dalam bahasa Yunani maupun Siria, dan harmoni yang berbahasia Siria merupakan suatu terjemahan. Ia merupakan versi yang popular di Gereja Timur hingga abad yang kelima ketika Rabula, yang menjadi uskud di Edessa, memutuskan bahwa gereja-gereja harus memakai keempat Injil yang berdiri sendiri, yang dikenal sebagai "Kitab-kitab Injil yang Terpisah". Ia mendukung penggunaan Peshitta, Vulgata Siria, yang sekarang merupakan versi resmi gereja Siria.

Dalam abad-abad berikutnya dihasilkan versi-versi lainnya, beberapa di antaranya diturunkan langsung dari naskah Yunani, yang lainnya dari naskah Latin dan Siria. Naskah Armenia Kuno, yang kini hanya dapat dilihat dalam beberapa bacaan yang ada dalam versi Armenia yang lebih baru, naskah Georgia, Copt, Etiopia, dan Goth, diterbitkan sebelum awal abad yang ketujuh. Mereka mengandung kesaksian tentang naskah-naskah yang lebih tua, tetapi kurang bermanfaat bagi kepentingan penyelidikan dibandingkan versi-versi Latin dan Siria. Saat ini ada lebih dari seribu versi Perjanjian Baru atau bagian-bagian daripadanya, tetapi mereka tidak mempengaruhi watak dasar dari naskah itu, yang telah terbentuk dengan pasti.

Sumber pengetahuan penting ketiga dari Alkitab purba adalah tulisan-tulisan para penulis gereja yang pertama, pemimpin dan guru agama Kristen dalam keenam abad yang pertama, yang banyak memakai bahasa Perjanjian Baru dengan bebas dalam khotbah-khotbah maupun buku-bukunya. Di banyak penyebutan-penyebutan itu hanya merupakan suatu penyinggungan; banyak di antaranya yang nampaknya tidak persis, tetapi masih dapat dikenali; dan di beberapa tempat sejumlah ayat dikutip secara berurutan untuk menunjukkan dengan jelas bagaimana bentuk naskah yang asli. Meskipun pada kenyataannya banyak di antara "kutipan" itu yang hilang disadur secara bebas, begitu banyak Perjanjian Baru termuat dalam tulisan para pemuka gereja ini hingga bila semua salinan yang ada itu hilang, toh beberapa ayat dapat disusun lagi suatu salinan yang baru berdasarkan karangan-karangan ini. Kesesuaian di antara kutipan-kutipan atau singgungan-singguan serta bacaan dari pelbagai naskah tulisan tangan ini akan menghasilkan suatu petunjuk yang berharga untuk menentukan tempo dan tempat asal, serta jenis naskah Alkitab yang mereka salin.

Sebagai contoh, Cyprianus, seorang penginjil Kristen yang tinggal di Afrika Utara sekitar tahun 250, banyak mengutip dari suatu versi Latin. Kutipannya sangat sesuai dengan bacaan-bacaan dalam K, suatu naskah tulisan tangan Latin kuno dari abad yang ke empat atau kelima. Kesesuaian itu menunjukkan bahwa K mengandung suatu jenis naskah Alkitab yang rupanya berlaku di Afrika Utara dalam pertengahan abad yang ketiga, sehingga dengan demikian lebih tua daripada Vulgata dari Hieronimus. Lectionaries atau kumpulan bacaan yang digunakan dalam liturgy kebaktian gereja, mengandung beberapa bagian dari Injil dan surat-surat. Mereka jauh kurang penting dibandingkan dengan sumber-sumber yang telah disebutkan terdahulu, karena memang tidak lengkap dan kebanyakan berasal dari abad kesembilan atau lebih. Karena mereka digunakan dalam pembacaan umum Alkitab keseragamannya dijaga dengan cermat, dan itu juga berguna untuk meneliti atau menunjukkan jenis naskah Alkitab yang diakui secara resmi dalam gereja abad pertengahan.

Beberapa ceceran naskah Alkitab diketemukan tertulis di atas ostraca, yaitu pecahan belanga yang digunakan oleh orang-orang yang sangat miskin sebagai catatan. Karena sifat materinya, maka tidak banyak tulisan yang dapat digoreskan di atasnya; tentu saja tidak ada orang yang dapat menulis suatu Injil atau surat secara lengkap di atas ostraca, apalagi seluruh Perjanjian Baru. Namun mereka memberikan suatu pandangan tentang cara membuat kutipan yang popular pada masa itu, dan karena mereka mempunyai kemungkinan salah yang lebih besar daripada naskah tulisan tangan yang dipersiapkan dengan hati-hati, kadang-kadang mereka dapat menunjukkan bacaan-bacaan yang sesungguhnya dari naskah Alkitab yang berlaku masa itu.

Dalam keempat belas abad pertama dari zaman ini kelangsungan hidup Perjanjian Baru dihasilkan oleh tradisi penulisan naskah Alkitab. Sebagian besar dari dokumen-dokumen ini merupakan milik gereja-gereja induk serta biara-biara besar atau berada di perpustakaan-perpustakaan orang-orang kaya, meskipun bukannya tidak mungkin bahwa orang-orang biasa dapat memiliki salinan Injil atau surat-surat. Dalam abad kelima belas terjadi dua peristiwa penting yang sangat mempengaruhi penyebarluasan Perjanjian Baru; penemuan teknik cetak oleh Johannes Gutenberg dalam tahun 1437, dan kekalahan Konstantinopel oleh Turki dalam tahun 1453.

Kekalahan Konstantinopel mengakibatkan bubarnya kekaisaran Bizantium, yang merupakan pewaris langsung terakhir dari kebudayaan Yunani-Romawi. Gedung pengadilannya pernah menjadi pusat pengetahuan Yunani, dan perpustakaannya memiliki koleksi terlengkap dari naskah-naskah Alkitab dan klasik yang ada di dunia beradab. Banyak di antaranya yang hilang, tetapi sejumlah besar dipindahkan ke biara-biara yang tersebar di seluruh Asia Kecil; yang lainnya dibawa oleh kaum cendekiawan yang melarikan diri ke arah barat ke Eropa, di mana mereka memperkenalkan kembali pengetahuan Yunani di sekolah-sekolah gereja barat. Dengan timbulnya kembali minat terhadap pengetahuan klasik Yunani timbul pula keakraban yang baru pada Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani, yang di barat telah hampir digantikan sepenuhnya oleh versi yang berbahasa Latin. Kaum cendekiawan mulai lagi mengumpulkan dan mempelajari naskah-naskah tulisan tangan yang telah terabaikan selama bertahun-tahun, serta membahas nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Buku pertama yang dihasilkan oleh Johannes Gutenberg dari percetakannya di Mainz, Jerman, adalah yang kini dikenal sebagai Mazarin atau Alkitab Latin Gutenberg, yang muncul dalam tahun 1456. Reproduksi mekanis dari naskah Alkitab cetakan ini menjamin keseragamannya, menghapuskan kemungkinan kesalahan yang makin lama makin bertambah, dan mengurangi ongkos produksi, hingga orang-orang yang berpenghasilan biasa dalam memiliki salinan Alkitab. Bila salinan naskah Alkitab yang berbahasa Yunani atau terjemahan-terjemahan sebelumnya telah diedarkan dalam jumlah lusinan, maka salinan-salinan yang dicetak dapat diedarkan dalam jumlah ratusan. Perhatian yang baru terhadap pemahaman Alkitab sebagai akibat dari penyebarannya yang lebih luas mendorong timbulnya gerakan Reformasi Protestan dibawah Luther, Calvin, dan rekan-rekannya dalam abad yang keenam belas. Alkitab Luther yang berbahasa Jerman adalah suatu unsur kuat dalam menggugah dan membuka pikiran rekan-rekan sebangsanya.

Berbagai Terjemahan Modern

Penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Inggris telah dimulai sebelum Reformasi. John Wycliffe, dalam tahun 1382, menerbitkan sebuah Alkitab berbahasa Inggris yang mengambil dasar dari naskah Alkitab Latin. Sebagian besar Perjanjian Lama adalah hasil karya kawannya Nicholas dari Hereford; sedang Perjanjian Baru adalah karya Wycliffe. Setelah kematiannya John Purvey memperbaikinya, dan menerbitkannya dalam tahun 1388. Alkitab tersebut disebarluaskan dalam bentuk tulisan tangan, tetapi tidak seluas penyebaran kitab cetakan yang terbit kemudian.

William Tyndale, seorang lulusan Oxford, mungkin pernah membaca Kitab Perjanjian Yunani Erasmus yang diterbitkan dalam tahun 1516. Sadar bahwa iman orang awam hanya dapat diteguhkan bila mereka juga memiliki Alkitab dalam bahasa mereka sendiri, ia memutuskan untuk membuat sebuah terjemahan yang baru. Ia mengawali pekerjaannya di London, tetapi mendapatkan terlalu banyak perlawanan di Inggris, hingga memutuskan untuk pergi ke Benua Eropa dan menyelesaikan pekerjaannya itu di luar negeri.

Edisi pertama dari Kitab Perjanjian Barunya diterbitkan di Worms dalam tahun 1525. Ketika ia dibawa ke Inggris, para uskup menyita semua salinan yang ada dan membakarnya di muka umum. Begitu cermatnya mereka melakukan pekerjaan penyitaan hingga hanya dua atau tiga buah kitab saja dari edisi pertama yang selamat. Sebuah edisi yang diperbaiki menyusul kemudian dalam tahun 1534; ia berhasil disebarkan lebih luas. Tyndale dihukum bakar pada tahun 1536 dengan tuduhan menyelewengkan ajaran, tetapi pengaruhnya tetap hidup terus. Pilihan kata-katanya telah mewarnai semua terjemahan Inggris yang utama sejak zamannya. Secara berturut-turut sejumlah versi bahasa Inggris berhasil muncul. Versi Coverdale mengambil dasar dari Vulgata Latin, sebanding dengan terjemahan Tyndale dan terjemahan Luther dalam bahasa Jerman. "Injil Matius" (1537), sesungguhnya adalah karya John Rogers, seorang rekan Tyndale, yang memakai karya Tyndale maupun Coverdale. Ia menjadi popular dan tidak lama kemudian telah dicetak dalam lima edisi. Dalam tahun 1539 kitab itu diperbaiki oleh Richard Taverner.

Alkitab Coverdale, atau yang disebut "Alkitab Besar", mulai disusun sekitar tahun 1536, dan mulai dicetak dalam tahun 1538 oleh Regnault, seorang ahli cetak Perancis. Dalam masa Penyelidikan ada usaha-usaha untuk menyita lembaran-lembarannya, tetapi kebanyakan berhasil diselamatkan, dan pencetakannya diselesaikan di London dalam tahun 1539. Ia mendapat pengesahan untuk digunakan di dalam gereja-gereja, dan mendapat sambutan yang begitu hangat hingga tujuh cetakan telah habis dalam waktu tiga tahun. Dalam terjemahan Coverdale buku doa Anglikan masih mengandung ayat-ayat dari kitab Mazmur.

Alkitab Genewa dari tahun 1560 dibuat atas usaha umat Protestan Inggris yang melarikan diri untuk menghindari penindasan hebat di negaranya sendiri. Ia menjadi Alkitab kaum Puritan, dan menjadi sarana dari mana penduduk Inggris mulai memahami doktrin-doktrin Alkitab.

Versi Inggris pertama yang masih digunakan secara aktif adalah King James, yang disebut demikian karena ia selesaikan dalam masa pemerintahan James I dari Inggris. Sejumlah cendekiawan dari Oxford dan Cambridge bekerja sama, dengan menggunakan versi-versi Inggris sebelumnya sebagai model. Dalam tahun 1611 versi yang baru ini dipersembahkan kepada masyarakat, dan dalam waktu setengah abad ia menjadi Alkitab standar di Inggris. Selama hampir tiga ratus tahun Alkitab tersebut telah menjadi Alkitab terjemahan Inggris yang terpopuler.

Dari naskah tulisan tangan Yunani hingga King James, Revised, American Revised,dan Revised Standard Version yang dipakai sekarang ada suatu mata rantai yang tidak terputuskan. Diakui, ada beberapa kesalahan dalam penurunannya dan beberapa ketidakpastian dalam cara penerjemahannya. Namun kesalahan-kesalahan ini tidak cukup banyak untuk menuduhnya sebagai suatu naskah Alkitab yang tidak murni, atau untuk mengatakan bahwa Perjanjian Baru yang ada sekarang ini jauh berbeda dengan Perjanjian Baru dalam gereja yang pertama. Pelipatgandaan naskah tulisan tangan itu sendiri menghasilkan banyak tolok ukur untuk mengenali kesalahan-kesalahan, dan pelbagai versi yang ada menunjukkan dari cara penurunannya bahwa mereka berasal dari suatu sumber yang sama. Alkitab Inggris modern adalah suatu reproduksi yang setia pada ajaran apostolic di mana inti daripada Injil pertama kali dinyatakan secara tertulis.

Pada pertengahan abad kesembilan belas penemuan beberapa sumber naskah tulisan tangan baru yang mempengaruhi naskah Yunani dari Perjanjian Baru, dan perubahan besar dalam bahasa Inggris dari yang digunakan pada periode Elizabeth menimbulkan kebutuhan untuk memperbaiki King James Version. Dalam tahun 1870, suatu komisi yang terdiri dari hampir seluruh ahli Alkitab dari Inggris dan banyak di antaranya dari Amerika dibentuk oleh gereja Anglican. Para pemeriksa Amarika dan Inggris itu bekerja sama dengan erat, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat di antara mereka. Revisi Inggris terbit dalam tahun 1881, Alkitab American Revised Versionterbit dalam tahun 1901. Perbedaan di antara keduanya terutama terletak pada penggunaan kata Yehova bagi TUHAN, dan dalam penghapusan beberapa Anglicisme yang akan kedengaran janggal di telinga orang-orang Amerika. Pada dasarnya kedua versi ini adalah sama, dalam menerjemahkan naskah dasar setepat mungkin kata demi kata. Beberapa kata kuno sengaja dipertahankan bila menurut para pemeriksanya ia cukup dikenal di kalangan para pembaca yang terpelajar. Revisi Amerika lebih sedikit mempertahankan istilah-istilah lama itu daripada revisi Inggris. Keduanya berusaha untuk "memberikan kepada pembaca modern [1885] suatu penyajian yang setia pada arti dari dokumen-dokumen yang asli."

Dalam abad kedua puluh dihasilkan beberapa edisi lagi, yang dibuat dengan tujuan yang jelas untuk membuat terjemahan King James yang tetap mengikuti zaman. Yang pertama, Alkitab Revised Standard Version, mulai disusun dalam tahun 1937 oleh International Council of Religious Education, yang meliputi empat puluh denominasi gereja di Amerika Serikat dan Kanada. Versi ini merupakan suatu usaha untuk melanjutkan tujuan American Revised Version, dan untuk mempersiapkan bagi kepentingan ibadah pribadi dan umum suatu Alkitab yang akan melestarikan nilai-nilai sastera dari King James Version, tetapi juga menyerap pelbagai kemajuan yang telah dicapai oleh para cendekiawan sejak tahun 1900. Alkitab Perjanjian Baru Revised Standard Versionterbit dalam tahun 1946; seluruh Alkitab dalam tahun 1952. Tidak semua cara penerjemahannya sudah dapat diterima, dan di beberapa tempat pilihannya akan bacaan-bacaan dalam naskah Yunani rupanya sudah pasti salah. Karya ini dimaksudkan sebagai suatu revisi dariAmerican Standard Version, dan mengandung banyak kosa kata dari para pendahulunya.

Terjemahan kedua, New English Bible, direncanakan dan diarahkan oleh wakil-wakilnya dari denominasi-denominasi utama di British Isles, dan diterbitkan atas usaha bersama dari Penerbit Oxford dan Cambridge dalam tahun 1961. Itu bukan merupakan suatu revisi dari versi sebelumnya, tetapi adalah suatu produksi yang sama sekali baru dalam bahasa Inggris modern. Hasil dari kerja keras komisi ini adalah suatu karya yang sangat mudah dimengerti dan secara umum setia pada naskah aslinya, meskipun ia tidak seratus persen tepat kata demi kata, dan sering kali lebih menyerupai suatu saduran daripada suatu terjemahan. Bagi kepentingan penelitian serta pembahasan teologis ia kurang memuaskan dibandingkan dengan versi standar lainnya, yang diterjemahkan secara lebih tepat kata demi kata.

Sejumlah terjemahan komisi telah muncul dalam tahun-tahun belakangan ini di samping banyak terjemahan dan saduran pribadi. Alkitab New American Standard Bible (1963) adalah suatu turunan dari naskah Yunani yang lebih tepat kata demi kata, dalam banyak hal lebih teliti, dan lebih sesuai bagi tujuan pendalaman alkitab. Dalam tahun 1974, bagian Perjanjian Baru dari New International Version diterbitkan (dan Perjanjian Lama dalam tahun 1978). Itu adalah suatu terjemahan yang baru dan disambut oleh banyak orang baik sebagai bacaan umum maupun pribadi. Salah satu usaha penerjemahan yang paling banyak diberitakan adalah Today's English Version/Good News for Modern Man(1966, 1976), disusun dan diedarkan olehAmerican Bible Society. Dengan didasarkan pada prinsip penerjemahan yang disebut dynamic equivalence, yaitu memberi banyak perhatian pada bahasa pemakai dan dengan demikian sangat menguntungkan pembaca modern. Yang paling belakangan adalah New King James Bible (1982), suatu usaha untuk melestarikan gaya dan isi pokok dari edisi tahun 1611, sambil memperbaharui bahasanya sesuai dengan tuntutan zaman.

Alkitab Perjanjian Baru Pra Konsili Nicea

Berikut ini adalah kitab-kitab dalam Alkitab Perjanjian Baru yang telah dikutip oleh umat Al Masih pra Konsili Nicea dalam buku-buku mereka. 

Teknik pengutipan yang dipakai bisa berupa kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.

IgnatiusPolycarpusBarnabas±35-110M±69-155M±70-79 MInjil Matius✔✔✔Injil Markus-✔-Injil Lukas✔✔-Injil Yohanes---Kisah Para Rasul✔✔-Roma✔✔-I Korintus✔✔-II Korintus-✔-Galatia-✔-Efesus✔✔-Filipi-✔-Kolose✔--I Tesalonika✔✔-II Tesalonika-✔-I Timotius-✔-II Timotius-✔-Titus---Filemon---Ibrani-✔-Yakobus---I Petrus-✔-II Petrus---I Yohanes-✔-II Yohanes---III Yohanes-✔-Yudas---Wahyu---

Clement RomaJustinIrenaeus...-99M±103-165 M180MInjil Matius✔✔✔Injil Markus-✔✔Injil Lukas-✔✔Injil Yohanes-✔✔Kisah Para Rasul--✔Roma--✔I Korintus--✔II Korintus--✔Galatia--✔Efesus--✔Filipi--✔Kolose--✔I Tesalonika--✔II Tesalonika--✔I Timotius--✔II Timotius--✔Titus--✔Filemon---Ibrani--✔Yakobus--✔I Petrus--✔II Petrus---I Yohanes--✔II Yohanes--✔III Yohanes---Yudas---Wahyu-✔✔

Clemen AlexandriaTertullianCanon Muratorian±150-215 M±160- 220M±170MInjil Matius✔✔✔Injil Markus✔✔✔Injil Lukas✔✔✔Injil Yohanes✔✔✔Kisah Para Rasul✔✔✔Roma✔✔✔I Korintus✔✔✔II Korintus✔✔✔Galatia✔✔✔Efesus✔✔✔Filipi✔✔✔Kolose✔✔✔I Tesalonika✔✔✔II Tesalonika✔✔✔I Timotius✔✔✔II Timotius✔✔✔Titus✔✔✔Filemon-✔✔Ibrani✔✔-Yakobus---I Petrus✔✔-II Petrus---I Yohanes✔✔✔II Yohanes--✔III Yohanes---Yudas✔✔✔Wahyu✔✔✔

OrigenPeshita185 M-254 M145-150 MInjil Matius✔✔Injil Markus✔✔Injil Lukas✔✔Injil Yohanes✔✔Kisah Para Rasul✔✔Roma✔✔I Korintus✔✔II Korintus✔✔Galatia✔✔Efesus✔✔Filipi✔✔Kolose✔✔I Tesalonika✔✔II Tesalonika✔✔I Timotius✔✔II Timotius✔✔Titus✔✔Filemon✔✔Ibrani✔✔Yakobus-✔I Petrus✔✔II Petrus--I Yohanes✔✔II Yohanes--III Yohanes--Yudas✔-Wahyu✔-

Keterangan:

Canon Muratori: Daftar kitab-kitab yang digunakan oleh sebagian umat Kristen era ±170 M


Peshita: Terjemahan Alkitab Perjanjian Baru yang berasal dari sekitar tahun 145-150 Masehi..


Berikut ini adalah sanad (mata rantai periwayatan) dari para tokoh tersebut sampai kepada Yesus Kristus:

Ignatius:

Ignatius murid Yohanes bin Zebedeus, murid Yesus Kristus


Polycarpus:

Polycarpus murid Yohanes bin Zebedeus, murid Yesus Kristus


Barnabas:

Barnabas murid Petrus, murid Yesus Kristus


Clement Roma:

Clement Roma murid Petrus, murid Yesus Kristus


Justin:

Justin Sang Syuhada (Justin Martyr) murid Polycarpus, murid Yohanes bin Zebedeus, murid Yesus Kristus


Irenaeus:

Irenaeus murid Polycarpus, murid Yohanes bin Zebedeus, murid Yesus Kristus


Tertullian:

Tertullian murid Irenaeus, murid Polycarpus, murid Yohanes bin Zebedeus, murid Isa AYesus Kristus


Clement Alexandria:

Clement Alexandria murid Pantaenus, murid Dionysius Areopagite dan Hierotheus, murid Paulus, murid Yohanes bin Zebedeus, murid Yesus Kristus


Origen:

Origen murid Clement Alexandria, murid Pantaenus, murid Dionysius Areopagite dan Hierotheus, murid Paulus, murid Yohanes bin Zebedeus, murid Yesus Kristus


Gabungkan informasi mengenai kitab-kitab yang dikutip oleh para pemimpin jama'ah Al Masih abad I-III tersebut, maka anda akan memperoleh daftar kitab-kitab Perjanjian Baru yang dipegang dan dipakai oleh umat Kristen dari paruh kedua abad I sampai paruh kedua abad ke III (71 tahun sebelum konsili Nicea).

Dari uraian di atas diketahui bahwa daftar kitab-kitab dalam Alkitab Perjanjian Baru yang dipegang oleh umat Kristen saat ini masih sama seperti kitab-kitab Alkitab Perjanjian Baru yang dipegang oleh umat Kristen jauh sebelum berlangsungnya konsili Nicea. Di samping itu, anggapan bahwa komposisi Alkitab Perjanjian Baru adalah hasil rekayasa konsili Nicea tidak sesuai dengan fakta arkeologis yang ada. Anggapan semacam itu tidak mempunyai bukti materiil sama sekali dan hanya spekulasi kaum liberal saja.

Naskah-naskah Injil dan kitab-kitab dalam Alkitab Perjanjian Baru yang berasal dari masa sebelum Konsili Nicea hingga saat ini masih ada. Naskah yang berasal dari jaman 12 murid Isa Al Masih (dari sekitar paruh pertama abad I Masehi sampai paruh pertama abad II M) dituliskan menggunakan bahasa Yunani Koine dan huruf Yunani. 
Berikut ini adalah daftar sebagian dari naskah-naskah kuno yang berasal dari sekitar paruh pertama abad pertama sampai sebelum berlangsungnya Konsili Nicea (325 Masehi). Seluruh naskah kuno di bawah ini dituliskan menggunakan huruf Yunani dan bahasa Yunani Koine.

NomorKodeIsiTempat Penyimpanan ModernBerasal Dari Abad/ Tahun1P1Injil MatiusFiladelfiaabad III M (antara tahun 200 - 299 M)2P4Injil LukasParisIII M3P5InjilLondonIII M4P15surat PaulusKairoIII M5P16surat PaulusKairoIII/IV M6P18Yohanes: WahyuLondonIII/IV M7P22InjilGlasgowIII M8P27surat PaulusCambridgeIII M9P30surat PaulusGhentIII M10P32surat PaulusManchester175 M11P37Injil MatiusAnn Arbor, MichIII/ IV M12P39InjilChester, PAIII M13P40surat PaulusHeidelbergIII M14P45Injil, Kisah Para Rasul, WahyuDublin: Chester Beatty, dan Vienna200-240 M15P46Surat PaulusDublin: Chester Beatty dan Ann Arbor, Mich.III M16P47Yohanes: WahyuDublin: Chester BeattyIII M17P48Kisah para rasulFlorenceIII M18P49surat PaulusNew Haven, ConnIII M19P52 Papirus RylandInjilManchester125 M20P64Injil MatiusOxford70 M21P65surat PaulusFlorenceIII M22P66InjilJenewa: P. Bodmer II200 M23P67InjilBarcelona200 M24P70InjilP. Oxy. 2384III25P77InjilOxford150 M26P87Surat PaulusCologne125 M27P90InjilOxford150 M28P75Injil Lukas dan YohanesViennaIII290189InjilII/III300220surat PaulusIII317Q4Timotius, Kitab Ibrani50-70 M327Q5Injil Markus≤ 50 M337Q6Injil Markus, Kisah para rasul≤ 50 M347Q8Surat Yakobus (putra Yusuf dan Maryam; adik Isa Al Masih)50-70 M35Pap VIII1 Petrus dan 2 PetrusVatikan200 SM36Papirus Oxyrhynchus (terdapat 2.000 buah)Kumpulan perkataan Isa Al Masih yang paralel dengan Injil.110-130 M
Ket

P = Papirus


Pap = Perkamen


P45


Papirus Chester Beatty dari tahun 200-245 Masehi

Terdapat 23.000 buah kutipan (kutipan Injil dan kitab-kitab Perjanjian Baru) yang berasal dari jaman sebelum konsili Nicea.
Ayat-ayat tersebut dikutip dan diparafrasekan antara lain oleh

Ignatius murid Yohanes murid Isa Al Masih (±35 M - ±110 M)


Polycarpus (±) murid Yohanes murid Isa Al Masih (±69-±155)


Barnabas murid Petrus murid Isa Al Masih (abad I M)


Clement Roma murid Petrus murid Isa Al Masih (abad I M)


Irenaeus murid Polycarpus murid Yohanes murid Isa Al Masih (abad II M)


Justin Sang Syuhada (Justin Martir) murid Polycarpus murid Yohanes murid Isa Al Masih (±103-165 M)


Clement Alexandria murid Pantaenus murid Hierotheus dan Dyonisius Areopagite murid Paulus murid Yohanes murid Isa Al Masih (±150-215 M)


Dan masih banyak lagi kutipan-kutipan Injil dari abad pra konsili Nicea yang tidak dituliskan di sini. Bila kutipan-kutipan tersebut disusun secara sistematis, maka diperoleh 11 pasal Alkitab Perjanjian Baru. itu baru dari kutipan saja, belum dari manuskrip-manuskrip purbakala itu.
Sampai saat ini masih bertahan 5.300 manuskrip dan fragmen Alkitab Perjanjian Baru yang berasal dari abad I hingga abad XVI. Jumlah tersebut belum termasuk 10.000 Alkitab Vulgata (terjemahan tahun 300-an Masehi ke dalam bahasa latin), dan 9.300 Alkitab terjemahan purbakala yang diterjemahkan dalam bahasa Siria, Koptik, Armenia, Gothik, dan Ethiopia. Ini berarti ada lebih dari 23.000 manuskrip kuno yang masih bertahan hingga sekarang. Mengenai komposisi kitab-kitabnya, kanon Muratori yang berasal dari tahun 170 M membuktikan bahwa komposisi Injil dan kitab-kitab lain dalam Alkitab Perjanjian Baru masih sama dari tahun 170 M hingga sekarang.

Papirus Oxyrhynchus dari tahun 110-130 Masehi

Naskah-naskah yang berasal dari jaman sebelum konsili Nicea merupakan bukti materiil bahwa Injil yang dipegang umat Al Masih saat ini masih sama seperti Injil yang dipegang oleh umat Al Masih masa sebelum konsili Nicea. Naskah-naskah Injil yang berasal dari abad I-III ini membuktikan kekeliruan anggapan bahwa Injil diubah oleh Konsili Nicea. Fakta arkeologis membuktikan Injil sebelum dan sesudah Konsili Nicea itu sama. 

P66

Papirus Bodmer dari tahun 200 Masehi

Sejarah kanonisasi Alkitab tidak mengenal pembakaran dan tidak pula mengenal pemusnahan secara sengaja naskah-naskah kuno pasca penyalinan naskah kuno tersebut. Ini penting sekali karena membuktikan bahwa isi naskah hasil salinan saat ini masih sama seperti naskah kuno yang disalinnya yang berasal dari abad-abad sebelum konsili Nicea.

Sumber : 

Geisler, Norman L. Christian Apologetics. Baker Book House, Grand Rapids, Michigan 49516
Studycyle


Minggu, 28 Oktober 2018

Sebuah Hadiah Ulang Tahun


Pembacaan Firman:
*Yesaya 58:8-9,
8 Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu.
9 Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengena

kan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah,

Renungan:
Seorang wanita yang sudah menikah sedang menantikan sebuah hadiah ulang tahun dari suaminya. Selama beberapa bulan ia mengagumi sebuah cincin berlian yang amat indah dalam sebuah etalase toko. Karena tahu bahwa suaminya cukup kaya, ia berkata kepadanya bahwa itulah satu-satunya yang ia inginkan sebagai hadiah hari ulang tahunnya.

Ketika hari ulang tahunnya semakin dekat, wanita itu menanti tanda-tanda bahwa sang suami telah membeli cincin berlian itu baginya. Akhirnya, pada pagi hari ulang tahunnya, suaminya memanggilnya ke dalam kamar kerjanya. Suaminya mengatakan betapa bangganya ia mempunyai seorang isteri yang baik dan berkata betapa ia menyayangi isterinya. Kemudian ia menyerahkan kepada isterinya sebuah kotak hadiah yang di bungkus dengan indahnya.

Dengan tak sabar, sang isteri membuka kotak itu dan menemukan sebuah Alkitab yang indah dari kulit dan di sertai nama isterinya dengan menggunakan tinta emas yang indah. Dengan amat gusar, ia menjerit kepada suaminya, "Dengan semua kekayaanmu, kamu hanya memberiku sebuah Alkitab?" Kemudian ia berlari keluar meninggalkan sang suami di dalam rumah.

Bertahun-tahun kemudian sang isteri berhasil dalam usahanya. Ia ingat akan mantan suaminya yang kini tentunya sudah menjadi tua dan merasa sudah sepatutnya mengunjungi sang mantan suaminya itu. Sudah lama ia tidak bertemu lagi sejak peristiwa ulang tahun itu. Namun, sebelum ia mengadakan persiapan untuk perjalananya, ia mendapat berita bahwa sang suami telah meninggal dunia dan telah meninggalkan seluruh harta kekayaannya kepada mantan istrinya. Kini ia harus segera kembali untuk dapat mengurus segala peninggalan suaminya.

Ketiak ia sampai di rumah almarhum mantan suaminya, tiba-tiba hatinya dipenuhi oleh rasa kesal. Ia mulai mencari surat-surat penting dari mantan suaminya dan menemukan Alkitab yang ternyata masih baru, seperti yang ia tinggalkan bertahun-tahun yang lalu.

Di sertai tangisan, ia membuka Alkitab dan mulai membolak-balik lembarannya. Tiba-tiba sebuah bingkisan kecil jatuh dari kulit belakang Alkitab itu. Di dalamnya terdapat sebuah cincin berlian dengan namanya terukir di atasnya cincin yang sama ia pernah lihat di etalase bertahun-tahun yang lalu.

Di label tertulis tanggal kelahirannya di sertai
kata-kata: "Aku selalu mengasihimu"

"Betapa sering kita tidak mengenali berkat Tuhan, karena di kemas tidak sesuai dengan apa yang kita nantikan


Renungan dari eksistensi fanspage Sahabat HSH, www.facebook.com/SahabatHSH


Minggu, 16 September 2018

PELUANG


Peluang merupakan suatu keadaan di mana seseorang bisa melakukan sesuatu atau sesuatu bisa terjadi. Peluang sama dengan kesempatan yang merupakan suatu waktu yang sangat berharga. Itu sebabnya kita harus jeli melihat setiap peluang dalam kehidupan kita secara pribadi. Kita harus cepat tanggap, ketika kita melihat ada peluang untuk melakukan sesuatu yang baik, cepat ambil peluang itu sekecil apapun itu. Jika kita melewatkan peluang sekalipun kecil kita akan mengalami kerugian karena kesempatan tidak pernah terulang dua kali pada waktu, tempat dan situasi yang sama.

Orang-orang Yunani kuno sangat menghargai kesempatan atau peluang itu sehingga mereka tidak pernah melewatkan setiap peluang yang ada sekecil apapun itu. Bagi mereka, peluang yang baik tidak sering datang sehingga ketika mereka melihat satu peluang mereka akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengambil peluang itu. Orang Yunani kuno sangat mendewakan peluang sehingga mereka menggambarkan dewa peluang seperti seorang tua yang pendek, gemuk, kepala gundul dengan sedikit rambut di ubun-ubun kepalanya dan badannya licin. Untuk menangkap dewa peluang tidak mudah karena dia berlari sangat cepat dan badannya yang licin menyulitkan orang untuk menangkapnya. Itu sebabnya orang yang ingin menangkap dewa itu harus selalu bersiaga di tempat-tempat di mana dewa itu akan melintas dan kemudian menangkapnya dengan cepat dengan cara memegang rambut di ubun-ubunnya. Penggambaran ini merujuk kepada pemahaman bahwa kesempatan itu bisa cepat datang namun juga cepat menghilang jika kita tidak segera menangkapnya. Karena itu kita harus selalu bersiap untuk mengambil setiap kesempatan yang ada.

Ada beberapa hal tentang peluang yang akan kita pelajari bersama sebagai umat Tuhan:

1. Semakin kecil peluang, semakin besar kuasa Tuhan yang akan dinyatakan (1 Samuel 17:12-39, Hakim 7).

Alkitab memberikan banyak contoh mengenai suatu situasi di mana kelihatannya para tokoh Alkitab hanya mempunyai peluang kecil untuk melakukan sesuatu yang baik bahkan kelihatan tidak mungkin bisa melakukan apa-apa. Contoh yang paling familiar buat kita adalah Daud. Sebagai seorang anak yang masih muda dengan pekerjaan sebagai gembala domba dan bukan sebagai prajurit, sangatlah tidak masuk di akal untuk bisa menjadi raja Israel (1 Samuel 16:1-13). Contoh lain dari Daud adalah ketika dia harus melawan Goliat (1 Samuel 17:12-39). Semua orang yang ada di medan pertempuran memandang kecil Daud karena fisiknya dan pekerjaannya. Bagi mereka tidak ada peluang sama sekali bagi Daud untuk bisa mengalahkan Goliat. Namun ketika Daud mendatangi Goliat dengan nama Tuhan, maka Tuhan menunjukkan kuasa-Nya sehingga Daud mampu mengalahkan Goliat.

Contoh lain adalah Gideon (Hakim 7). Ketika orang Israel harus menghadapi orang Midian, Tuhan melakukan sesuatu yang luar biasa. Awalnya Gideon membawa pasukan sebanyak 32.000 orang namun Tuhan menyuruh untuk menseleksi sehingga tinggal 300 prajurit untuk menghadapi pasukan orang Midian yang puluhan ribu banyaknya. Menurut strategi peperangan orang Israel mempunyai peluang yang sangat kecil untuk bisa menang bahkan mungkin tidak ada peluang sama sekali. Tetapi dalam keadaan itu Tuhan menyatakan kuasa-Nya dengan sangat luar biasa dan bangsa Israel menang atas bangsa Midian.

Terkadang kita melihat peluang yang ada sangat kecil sehingga kita tidak mau mengambil peluang itu. Atau mungkin peluang itu sebenarnya besar namun kita tidak berani untuk mengambilnya karena kita melihat diri kita kecil dan tidak mampu. Kita lupa bahwa ada satu Pribadi yang sanggup menolong kita. Semakin kita merasa lemah dan tidak mempunyai kemampuan seharusnya kita semakin bergantung kepada Tuhan sehingga kuasa Tuhan dinyatakan dengan luar biasa. Jika kita merasa lemah jangan kuatir, karena justru dalam kelemahan kita kuasa Tuhan akan dinyatakan dengan sempurna (2 Kor 12:9).

Karena itu ketika ada peluang untuk melayani Tuhan dengan talenta yang kita miliki, ambil itu dan jangan tolak. Kesempatan tidak datang dua kali. Jangan simpan talenta kita dan tidak menghasilkan apa-apa. Percayalah, Tuhan akan memberi kekuatan dan kemampuan bagi kita yang mau melayani. Dan jika ada di antara kita yang masih sering menolak ketika diberi kesempatan untuk melayani Tuhan, bertobatlah sekarang!! Jangan sampai kita tidak mendapat kesempatan lagi untuk melayani Tuhan. Itu kerugian besar buat kita.

2. Setiap peluang selalu ada resiko (1 Samuel 19:9-10,2 Raja 7:4).

Daud yang masih muda dipilih oleh Tuhan  menjadi raja. Daud tidak menolak kesempatan yang diberikan kepadanya. Namun mengembil peluang menjadi raja bagi Daud tidaklah mulus jalannya. Dia harus menghadapi Saul yang menjadi iri kepadanya. Daud dikejar-kejar oleh Saul yang ingin membunuhnya (1 Samuel 19:9-10). Daud tahu bahwa peluang yang diambilnya mempunyai resiko kehilangan nyawa tetapi dia tetap melakukannya dengan pertolongan dari Tuhan.

Contoh lain adalah ke 4 orang kusta di dalam 2 Raja 7:4. Mereka memasuki kota musuh yang datang memerangi Israel. Mereka tahu bahwa ada peluang di kota itu untuk kelangsungan hidup mereka namun resikonya adalah kehilangan nyawa. Ke 4 orang kusta tersebut berani mengambil resiko itu dan hasil yang mereka dapatkan luar biasa. Tidak hanya kehidupan mereka saja yang diselamatkan tetapi seluruh bangsa Israel yang saat itu sedang dalam kelaparan.

Kita pun sering diperhadapkan dengan hal yang demikian. Ketika kita melhat ada peluang bagi kita, terlihat juga bahwa ada resiko yang menyertainya. Namun kita jangan terpengaruh dengan hal itu. Tetap maju meraih peluang itu dan percaya bahwa Tuhan senantiasa akan menyertai kita (Yeremia 29:11-14).

3. Pendelegasian peluang / membuka peluang bagi orang lain

Peluang dalam kehidupan manusia tidak sama satu dengan yang lain. Terkadang seseorang sepertinya mempunyai peluang lebih banyak dan lebih besar dari orang lain, namun janganlah kita menjadi serakah dengan peluang-peluang yang datang kepada kita. Mari kita membuka peluang bagi orang lain. Satu contoh nyata dalam Kisah 9:19b-30. Ketika Saulus  sudah bertobat, banyak yang tidak percaya kepadanya, tetapi satu seorang murid yaitu Barnabas memberi kesempatan kepadanya sehingga ia dapat diterima kembali dalam lingkup orang-orang percaya.

Saudara, janganlah kita menyia-nyiakan satupun peluang dalam hidup kita, sekalipun kecil. Terlebih peluang yang diberikan kepada kita untuk melayani Tuhan karena Tuhan akan memakai peluang itu untuk menyatakan kuasa-Nya dengan luar biasa. Pakai peluang itu untuk mengembangkan talenta yang Tuhan telah percayakan kepada kita. Satu peluang kecil akan membawa kita kepada peluang yang lebih besar.

Kita juga harus menyadari bahwa setiap peluang ada resiko karena itu kita harus terus bergantung kepada Tuhan. Dan jadilah orang orang yang mau membuka peluang bagi sesama kita

Minggu, 05 Agustus 2018

Kisah 3 Orang Yang Serakah

Ini kisah pada zaman dahulu,di daratan bagdad di timur tengah. Negeri timur tengah sebagian besar adalah padang pasir. 

Al-kisah ada tiga orang pengembara yang menempuh perjalanan 
menyeberangi padang pasir.Mereka tak sengaja bertemu di 
persinggahan,dan memutuskan untuk menempuh perjalanan bersama. 

Berhari-hari mereka menempuh padang pasir,perbekalan mereka pun mulai habis. 
Tapi..mereka tak terlalu hawatir,karena semua telah mereka perhitungkan. 
Sudah enam hari lamanya mereka menempuh perjalanan,dan sebagaimana 
perkiraan mereka pada hari ke tuju mereka akan tiba ke kota. 

Namu pada malam harinya ada badai yang datang.Jadi mereka mencari 
sebuah tempat berlindung,ahirnya mereka menemukan sebuah gua dan 
memutuskan untuk tidur disana. 
Dalam gelapnya gua yang hangat mereka segera tertidur dengan 
pulas,sedang di luar badai terus berhembus dengan kencang tanpa henti. 

Ketika pagi tiba,mereka pun terbangung.Udara di luar terasa masih 
segar karena pagi,dan langit pun terlihat cerah setelah badai semalam. 
Merekapun berkemas untuk melanjutkan perjalanan yang tertunda.Tapi 
tiba-tiba salah satu dari mereka berteriak..''Hai kalian semua..lihat 
apa yang ku temukan di sini''. 
Mendengar teriakan dari temanya,merekapun segera berlari menghampirinya. 
Ternyata yang di temukan adalah dua buah kerangka manusia dan sebuah peti kayu. 
''Kira-kira apa yang terjadi pada dua orang ini hingga mereka berdua 
mati di sini?''.Tanya salah satu dari mereka. 
''Mungkin saja mereka terjebak di gua ini dan mati karena tak bisa 
keluar''.Jawab temanya. 
''Hmm..kalau menurut ku tidak begitu..mungkin mereka saling membunuh 
karena memperebutkan isi kotak kayu itu.Mungkin saja isi peti itu 
sangat berharga''.Jawab temanya yang lain. 

Setelah mereka bertiga berunding,ahirnya mereka sepakat untuk 
mengambil dan membuka peti kayu itu. 
Mereka ingin memastikan apa isi peti kayu itu. 
Merekapun mengangkat peti kayu itu keluar gua dan membukanya bersama-sama. 
Alangkah terkejutnya mereka,karena mendapati bahwa isi peti itu adalah 
emas dan permata yang sangat berharga. 

Tiga orang pengembara itu sangat senang sekali,terbayang di benak 
mereka kehidupan yang mewah dan harta yang berlimpah. 
Ahirnya mereka sepakat untuk membawa peti itu sampai kota dan membagi 
isinya di sana. 
Merekapun melanjutkan perjalanan dan meninggalkan gua itu untuk menuju kota. 

Tapi ketika sampai di perbatasan kota salah satu dari mereka berkata.. 
''Hai..bagaimana kalau kita berhenti dulu di sini.Kita bagi saja isi 
peti itu di sini,karena kalau kita bawa sampai kota akan banyak orang 
yang tahu.Takutnya nanti mereka juga ikut berebut meminta 
bagian,padahal kita yang menemukan dan capek-capek 
membawanya''.Katanya. 
''Baiklah..aku setuju.Tapi bekal kita sudah habis.Alangkah baiknya 
salah satu dari kita pergi ke kota untuk membeli makanan,dan kita akan 
membagi rata harta ini setelah kita makan''.Jawab yang lain. 

Ahirnya merekapun sepakat,dan menyuruh salah satu dari mereka untuk 
pergi membeli makanan ke kota. 
Ketika temanya pergi membeli makanan,dua orang yang tinggal ternyata 
mempunyai niat licik.Mereka berfikir jika mereka membunuh temanya 
ketika pulang membeli makanan,maka bagian mereka akan semakin besar 
karena cuma di bagi dua.Ahirnya merekapun berencana menyergap temanya 
ketika tiba nanti dan membunuhnya. 
Maka ketika mereka melihat temanya datang membawa makanan dari 
kejauhan,mereka pun bersembunyi.Dan ketika sudah dekat,merekapun 
menyergap dan membunuh temanya yang datang membawa makanan 
tadi.Kemudian mereka kubur untuk menghilangkan jejak. 
Setelah mereka yakin semua berjalan sesuai rencana,merekapun 
beristirahat sejenak. 
Mereka tidur-tiduran di dekat peti membayangkan bahwa sebentar lagi 
mereka akan menjadi orang kaya,mereka senyum-senyum sendiri dalam 
lamunan masing-masing. 
Tiba-tiba lamunan mereka tersadarkan oleh suara perut mereka yang 
keroncongan karena belum sempat makan,dan mereka teringat pada makanan 
yang di beli oleh temanya tadi. 
''Hai kawan..lebih baik sekarang kita makan dulu.Nanti kita bagi isi 
peti ini setelah kita makan saja,jangan kuatir..sekarang cuma bagian 
kita berdua saja.hahaha..'' 
Ahirnya merekapun makan dengan lahapnya karena mereka sudah sangat 
lapar.Tapi belum sempat mereka menghabiskan makanan itu,tiba-tiba 
tubuh mereka kejang-kejang,kemudian jatuh terkapar...mati..!! 
Ternyata teman yang mereka bunuh juga memiliki fikiran yang 
sama..Sama-sama serakah..!! 
Jadi dia juga melakukan siasat licik untuk membunuh kedua temanya agar 
bisa memiliki harta itu untuk dirinya sendiri. 
Jadi..dalam perjalanan,dia menaburkan racun pada makanan itu.Jadi 
ketika kedua temanya memakan makanan yang dia bawa,mereka mati karena 
teracuni. 
Dan ahirnya ketiga orang itupun mati tanpa sempat membagi harta yang 
mereka temukan. 
Dan nasib ketiganya pun sama dengan dua kerangka yang ada dalam 
gua,sama-sama mati karena keserakahan. 

Nah adik-adik yang manis,hikmah yang bisa kita petik adalah.. 

Keserakahan selalu membawa kehancuran.Maka jauhkan diri dari sifat 
serakah,karena keserakahan tak kan pernah memberi kedamaian..