HOME

Minggu, 05 Juni 2011

Dilarang Memancing

Alkisah ada sebuah legenda mengenai seorang pendeta di sebuah paroki kecil di daerah Midwestern yang sebagai seorang muda telah melakukan apa yang menurutnya adalah sebuah dosa yang amat besar. Sekalipun ia telah meminta pengampunan Tuhan, sepanjang hidupnya ia menanggung beban dari dosanya itu. Sekalipun ia telah menjadi seorang pendeta, ia tetap tak dapat dengan tuntas meyakini bahwa Tuhan telah mengampuninya. Tetapi ia mendengar mengenai seorang wanita tua dijemaatnya yang kadangkala mendapatkan penglihatan. Di saat mendapat penglihatan tersebut, sang wanita seringkali saling berkata-kata dengan Tuhan.

Suatu hari sang pendeta berhasil mendapat cukup keberanian untuk mengunjungi wanita tersebut.Sang wanita mempersilahkannya masuk dan menyuguhkan secangkir teh. Pada akhir kunjungannya, si pendeta menaruh cangkirnya diatas meja dan memandang pada sang wanita.

"Benarkah kadang kala ibu mendapat penglihatan?" tanyanya.

"Ya", ia menjawab.

"Apakah juga benar, bahwa saat penglihatan tersebut, ibu seringkali berkata-kata dengan Tuhan?"

"Ya", jawabnya.

"Mmm... jika anda mendapatkan penglihatan lagi dan berkata-kata dengan Tuhan, maukah ibu tanyakan satu pertanyaan bagi saya?"

Sang wanita memandang sedikit heran pada si pendeta. Belum pernah ia mendapat permintaan seperti itu. "Ya, dengan senang hati," jawabnya. "Apa yang bapak ingin saya tanyakan?"

"Mmm.." sang pendeta memulai, "Tolong tanyakan pada Tuhan, dosa apakah yang pernah dilakukan pendetanya ini di masa mudanya."

Sang wanita, benar-benar heran sekarang, segera saja setuju. Beberapa minggupun berlalu, dan sang pendeta sekali lagi mengunjungi wanita itu. Setelah menikmati secangkir teh, dengan hati-hati dan malu-malu ia bertanya, "Sudahkah ibu mendapatkan penglihatan baru-baru ini?"

"Oh ya, saya mendapatkannya", jawab sang wanita.

"Apakah anda saling berkata-kata dengan Tuhan?"

"Ya."

"Apakah ibu bertanya kepada Tuhan dosa apakah yang pernah saya lakukan dimasa muda saya?"

"Ya," sang wanita menjawab, "saya menanyakannya."

Sang pendeta, gelisah dan takut, ragu-ragu sejenak dan kemudian bertanya, "Lalu,apa yang Tuhan katakan?"

Sang wanita mengangkat wajahnya dan memandang si pendeta dan kemudian menjawab dengan lembut, "Tuhan mengatakan Ia tidak dapat lagi mengingatnya."

Tuhan tidak hanya mengampuni dosa, Ia juga memilih untuk melupakannya. Alkitab menyatakan pada kita bahwa Ia mengambil dosa-dosa kita dan membenamkannya di bagian laut yang terdalam. Dan kemudian, sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Corrie ten Boom, "Sesudah itu ia memasang sebuah papan bertuliskan, 'Dilarang Memancing'."

Jika Tuhan mengampuni kita, dapatkah kita melakukan sesuatu yang kurang dari itu ?

Sahabat Sejati

Pada suatu hari di sebuah kota, tinggallah dua orang bersahabat. Mereka bersahabat sudah dari sejak kecil. Mereka tertawa bersama, menangis bersama, bermain bersama, saling mengerti dan saling memahami satu dengan yang lain. Pendeknya mereka bersahabat sangat baik dan semua masalah diselesaikan mereka berdua baik-baik.

Pada suatu hari, ketika mereka sudah dewasa, keduanya memiliki pasangan hidup dengan lelaki yang sama-sama disukai oleh mereka berdua. Sahabat yang satu sangat mencintai lelaki itu namun sahabat yang lain tidak mengetahui bahwa sahabatnya telah lebih dahulu jatuh cinta dan akhirnya mereka bertengkar mulut dan pertengkaran mulut itu berakhir pada suatu perpecahan. Singkat cerita mereka tidak lagi bersahabat.

Kemudian setelah beberapa tahun salah satu dari sahabatnya sakit keras dan ginjalnya tidak berfungsi lagi serta harus menjalani cuci darah. Sedangkan dia adalah orang yang kurang mampu. Kemudian teman-teman dari gerejanya datang membantu,mereka turut prihatin dengan keadaannya dan mereka memberitahukan keadaannya pada sahabatnya. Sahabatnya masih dongkol, kesal dan marah namun sahabat ini sedih melihat keadaan sahabatnya yang terbaring sakit dan akhirnya sahabat ini memutuskan untuk mendonorkan ginjalnya untuk sahabatnya yang sedang sakit ini. Akhirnya sahabat yang sakit ini lama kelamaan pulih dan sembuh dari sakitnya. Sahabat yang sakit ini pada suatu hari berkata kepada sahabatnya " Sahabatku, maafkan aku selama ini, aku sudah membuatmu berduka, aku bukan sahabat yang baik buatmu." Lalu kemudian sahabatnya berkata kepada sahabatnya yang sakit " Sudahlah, tidak usah dipikirkan masalah lalu, biar bagaimanapun aku tetap adalah sahabatmu dan kita akan tetap bersahabat sampai mati."

Setiap orang di dunia ini tentunya menginginkan seseorang sahabat yang bisa menjadi sahabat yang baik baginya. Seseorang dalam hidupnya membutuhkan penghargaan dan kasih dari sahabatnya. Namun, tidak semua orang bisa menjadi sahabat sejati. Amsal 17:17 mengemukakan tentang ciri-ciri seorang sahabat sejati yaitu menaruh kasih setiap waktu, baik suka maupun duka, dan bisa menjadi seorang saudara dalam kesukaran ( bisa memahami dan ikut berempati dengan kesusahan sahabatnya).

Tidak ada orang bisa menjadi sahabat sejati, namun Alkitab memberikan contoh sahabat yang baik yaitu antara Daud dan Yonatan yang tetap mengasihi dalam suka maupun duka dan tetap menjadi sahabat dalam keadaan terjepit sekalipun. Inilah contoh sahabat yang cukup baik menurut Alkitab. Namun kalau kita perhatikan, berbeda dengan sahabat-sahabat Ayub pada saat kesusahan Ayub, mereka meninggalkan Ayub dan menyalahkan Ayub bukan menghibur dan menguatkan Ayub. Demikian juga dengan sahabat dalam perumpamaan tentang anak yang hilang ( Lukas 15) , sahabat-sahabatnya meninggalkannya saat dia berada dalam kesusahan bukan menghibur dan menguatkannya.

Namun kita mempunyai sahabat yang baik seperti Tuhan, tidak ada satu manusiapun yang menjadi sahabat yang baik bagi sahabatnya akan tetapi Tuhan ketika kita dalam suka dan duka dia adalah sahabat kita, tempat kita mengadu, tempat kita bersandar ( Amsal 17:17; Yohanes 15:15).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar