Salah satu kecenderungan manusia adalah melihat kepada apa yang tidak dimilikinya dan membandingkan dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Jika hal ini yang dilakukan, maka tidaklah mengherankan jika hasilnya adalah mengeluh, menggerutu dan hidup yang tidak maksimal. Orang yang berhasil melihat kepada potensi yang ada di dalam dirinya dan berusaha untuk mengembangkannya dengan cara menggunakan potensi tersebut maka akan melihat kemajuan-kemajuan luar biasa di dalam hidupnya.
Kisah pemain biola legendaris abad 19 bernama Niccolo Paganini menarik untuk kita pelajari. Dalam sebuah konser yang diiringi dengan orkestra penuh, Niccolo Paganini sedang memainkan biolanya, tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Keringat dingin mulai membasahi dahinya, tetapi dia meneruskan permainan biolanya. Kejadian yang sangat mengejutkan terjadi lagi yaitu senar biola yang lainpun putus satu persatu dan hanya meninggalkan satu senar saja. Dalam keadaan seperti ini seharusnya dia memilih untuk berhenti memainkan biolanya, karena belum pernah ada seorangpun yang dapat memainkan biola dengan satu senar. Tetapi keadaan itu tidak membuat Niccolo Paganini menyerah, dia memilih untuk terus memainkan biola dengan satu senarnya sampai selesai dan sungguh luar biasa peristiwa ini justru mengangkat namanya lebih terkenal lagi.
Mengapa Niccolo Paganini berhasil mengatasi masalahnya? Karena dia tidak melihat kepada senar-senar yang putus, dia tidak mau ditentukan oleh senar-senar yang putus, tetapi memilih untuk melihat dan menggunakan apa yang masih dia miliki yaitu satu senarnya. Dan dengan satu senar itu dia berhasil menyelesaikan permainannya yang telah membuat namanya semakin terkenal.
Kehilangan dalam hidup seringkali justru membuat nilai hidup kita lebih berarti jika kita dapat mengatasinya dengan benar. Jadi jangan fokuskan perhatian kita kepada hal-hal yang tidak ada, tetapi fokuskanlah perhatian kita pada apa yang ada pada kita. Gunakan dan kembangkanlah, maka oleh anugerah Tuhan kita akan melihat perkara besar terjadi.
Kisah pemain biola legendaris abad 19 bernama Niccolo Paganini menarik untuk kita pelajari. Dalam sebuah konser yang diiringi dengan orkestra penuh, Niccolo Paganini sedang memainkan biolanya, tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Keringat dingin mulai membasahi dahinya, tetapi dia meneruskan permainan biolanya. Kejadian yang sangat mengejutkan terjadi lagi yaitu senar biola yang lainpun putus satu persatu dan hanya meninggalkan satu senar saja. Dalam keadaan seperti ini seharusnya dia memilih untuk berhenti memainkan biolanya, karena belum pernah ada seorangpun yang dapat memainkan biola dengan satu senar. Tetapi keadaan itu tidak membuat Niccolo Paganini menyerah, dia memilih untuk terus memainkan biola dengan satu senarnya sampai selesai dan sungguh luar biasa peristiwa ini justru mengangkat namanya lebih terkenal lagi.
Mengapa Niccolo Paganini berhasil mengatasi masalahnya? Karena dia tidak melihat kepada senar-senar yang putus, dia tidak mau ditentukan oleh senar-senar yang putus, tetapi memilih untuk melihat dan menggunakan apa yang masih dia miliki yaitu satu senarnya. Dan dengan satu senar itu dia berhasil menyelesaikan permainannya yang telah membuat namanya semakin terkenal.
Kehilangan dalam hidup seringkali justru membuat nilai hidup kita lebih berarti jika kita dapat mengatasinya dengan benar. Jadi jangan fokuskan perhatian kita kepada hal-hal yang tidak ada, tetapi fokuskanlah perhatian kita pada apa yang ada pada kita. Gunakan dan kembangkanlah, maka oleh anugerah Tuhan kita akan melihat perkara besar terjadi.
Mazmur 108:14a
"Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa."
"Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa."
Memaafkan
Ini sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir: "Hari ini, sahabat terbaikku menampar pipiku."
Mereka terus berjalan sampai akhirnya menemukan sebuah oasis. Mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, tapi dia berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu: "Hari ini, sahabat terbaikku menyelamatkan nyawaku."
Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya "Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir dan sekarang menuliskan ini di batu?" Sambil tersenyum temannya menjawab, "Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan itu. Dan bila sesuatu yang luar biasa baik terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar takkan pernah bisa hilang tertiup angin."
Dalam hidup ini ada kalanya kita dan orang terdekat kita berada dalam situasi yang sulit, yang kadang menyebabkan kita mengatakan atau melakukan hal-hal yang menyakiti satu sama lain, juga terjadinya beda pendapat dan konflik karena sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu sebelum kita menyesal dikemudian hari, cobalah untuk saling memaafkan dan melupakan masa lalu.
Belajarlah menulis di atas pasir...
Mereka terus berjalan sampai akhirnya menemukan sebuah oasis. Mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, tapi dia berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu: "Hari ini, sahabat terbaikku menyelamatkan nyawaku."
Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya "Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir dan sekarang menuliskan ini di batu?" Sambil tersenyum temannya menjawab, "Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan itu. Dan bila sesuatu yang luar biasa baik terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar takkan pernah bisa hilang tertiup angin."
Dalam hidup ini ada kalanya kita dan orang terdekat kita berada dalam situasi yang sulit, yang kadang menyebabkan kita mengatakan atau melakukan hal-hal yang menyakiti satu sama lain, juga terjadinya beda pendapat dan konflik karena sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu sebelum kita menyesal dikemudian hari, cobalah untuk saling memaafkan dan melupakan masa lalu.
Belajarlah menulis di atas pasir...
Kebahagiaan Itu Ada Dimana-mana
"Sedang apa kau disini anak muda?" tanya seseorang. Rupanya ada seorang kakek tua.
"Apa yang kau risaukan..?"
Anak muda itu menoleh ke samping, "Aku lelah Pak Tua. Telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemana kah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?"
Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian. Dipandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, ia mulai bicara, "di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku. Mereka berpandangan. "Ya...tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu" sang Kakek mengulang kalimatnya lagi.
Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman. Tak berapa lama, dijumpainya taman itu. Taman yang yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu yang berterbangan disana. Sang kakek, melihat dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu.
Anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan. Namun, Hap! sasaran itu luput. Di kejarnya kupu-kupu itu ke arah lain. Ia tak mau kehilangan buruan. Namun lagi-lagi. Hap! Ia gagal. Ia mulai berlari tak beraturan. Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu di sana. Gerakannya semakin liar.
Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat.
Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat.
Sampai akhirnya ada teriakan, "Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah." Tampak sang Kakek yang berjalan perlahan. Tapi lihatlah, ada sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu. Mereka terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu.
"Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?"
Sang Kakek menatap pemuda itu. "Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kauburu, semakin pula ia pergi dari dirimu."
"Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri."
Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.
Mencari kebahagiaan adalah layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit, bagi mereka yang terlalu bernafsu, namun mudah, bagi mereka yang tahu apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana-sini, menabrak sana-sini, atau menerobos sana-sini untuk mendapatkannya.
Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru arah. Kita pun dapat meraihnya dengan bernafsu, seperti menangkap buruan yang dapat kita santap setelah mendapatkannya.
Namun kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan tak bisa di dapat dengan cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di genggam atau benda yang dapat disimpan.
Bahagia adalah udara, dan kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.
Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu menetap, dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan.
Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita. Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita.
Percayalah, kebahagiaan itu ada dimana-mana. Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan mungkin, bahagia itu "hinggap" di hati kita, namun kita tak pernah memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar