Ilustrasi: Kertas Doa yang Lebih Berat dari Beras
Pak Marsel sedang berada di titik terendah dalam hidupnya.
Pekerjaannya berhenti, penghasilannya tidak ada, dan persediaan makanan di rumah sudah habis.
Di sudut rumah sederhana itu, anaknya yang masih kecil menangis kelaparan.
Tidak ada lagi beras. Tidak ada lagi jalan keluar menurut logika manusia.
Dalam keputusasaan itu, Pak Marsel tidak berlari ke banyak orang—ia berlutut dan berdoa.
Dengan tangan gemetar, ia menuliskan doanya di selembar kertas:
> “Tuhan, jika anakku tidak makan, ia bisa mati kelaparan. Aku tidak punya apa-apa selain Engkau.”
Selesai menulis, ia berdoa sambil menangis.
Lalu Tuhan berbicara di dalam hatinya:
> “Bawalah kertas doa itu ke toko Pak Michael. Tunjukkan kepadanya.”
Dengan iman yang sederhana, Pak Marsel datang ke toko Pak Michael.
Ia menunjukkan kertas itu dan berkata pelan,
“Pak, Tuhan menyuruh saya datang ke sini. Tuhan bilang, Bapak harus memberi saya beras 5 kilo.”
Pak Michael tersenyum sinis. Ia mengira Pak Marsel hanya orang putus asa yang bisa dipermainkan.
“Baik,” katanya sambil tertawa,
“Kita lihat saja berapa banyak beras yang pantas ditukar dengan selembar kertas ini.”
Ia meletakkan kertas doa itu di timbangan, lalu mulai menuangkan beras.
Namun jarum timbangan tidak bergerak.
Ia menambah lagi.
Masih tidak bergerak.
Ditambah lagi… dan lagi…
Sampai akhirnya hampir 5 kilo beras sudah masuk ke kantong.
Pak Michael mulai kesal.
“Sudah! Ambil saja berasmu dan pergi!” katanya dengan jengkel.
Pak Marsel pulang dengan hati penuh syukur.
Namun rasa penasaran mengganggu Pak Michael.
Ia memeriksa timbangan itu dan berkata dalam hati,
“Pasti timbangannya rusak.”
Ia menguji timbangan dengan benda lain—timbangan itu normal.
Saat itu juga hatinya tersentak.
Ia sadar:
bukan timbangannya yang rusak,
tetapi doa di atas kertas itu terlalu berat—
berat oleh iman,
berat oleh air mata,
dan berat oleh kuasa Tuhan.
---
Pesan Rohani
Kadang yang kita miliki hanyalah doa di selembar kertas.
Namun di tangan Tuhan,
doa orang yang percaya lebih berat dari logika, lebih kuat dari keterbatasan, dan cukup untuk menopang hidup.
> “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
(1 Petrus 5:7)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar